Hamparan Qalbuku



Hamparan Daun menghampar disela-sela Hati

Embun pagi seakan berkucuran

Pasir pantai seolah tak ada yang Peduli

Seakan merenung kembali



Renungan bintang, mencoba memetik bulan

Tapi nampaknya bukan untukku

Mencoba tenang dibesarnya ombak

Tapi air tak kunjung surut



Mencoba menelisik Lantunan Cinta KepadaMu dulu

apakah ini waktunya untukku MenemuiMu



Wahai Pemilik Diriku...

Aku Lelah, aku Rindu PadaMu

Bawalah aku ketempatMu



Ketempat dimana hanya ada ketenangan dan ketentraman

Ketempat dimana disana hanya ada suara desiran air mengalir

Ketempat dimana disana hanya ada wangi tanah dan dedaunan yang sedang bercengkrama

Ketempat dimana aku mampu melepas rinduku padaMu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sebuah Kesabaran




Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang mulia yang nasabnya sampai kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمِن ذُرِّيَتِهِ دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) Yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al An’aam: 84)

Sebelumnya Nabi Ayyub memiliki harta yang banyak dengan bermacam jenisnya, seperti: hewan ternak, budak, dan tanah. Ia juga memiliki istri yang saleh dan keturunan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin mengujinya, dan Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang ridha dengan ujian tersebut, maka dia mendapatkan keridhaan-Nya dan barangsiapa yang marah terhadap ujian tersebut, maka dia mendapatkan kemurkaan-Nya (sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2110).

Ayyub adalah orang yang sabar dalam menghadapi ujian tersebut, hartanya yang banyak habis, anak-anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa, dan Nabi Ayyub ‘alaihis salam sendiri menderita penyakit yang sangat berat, tidak ada satu pun dari anggota badannya kecuali terkena penyakit selain hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar dan mengharap pahala, serta berdzikir di malam dan siang, pagi dan petang.

Hari pun berlalu, namun tidaklah berlalu hari itu kecuali penderitaan Ayyub semakin berat, dan saat penderitaan yang dialaminya semakin berat, maka kerabatnya menjauhinya, demikian pula kawan-kawannya, tinggallah istrinya yang sabar mengurusnya dan memenuhi haknya. Istrinya terus mengurusnya, dan memenuhi keperluannya, sampai ia rela bekerja dengan upah tidak seberapa untuk menafkahi suaminya.

Ayyub terus merasakan sakitnya, namun ia tetap sabar sambil mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya, sehingga jadilah Ayyub sebagai imam dan teladan dalam kesabaran.

Abu Ya’la dan Al Bazzar meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّوبَ كَانَ فِي بَلَائِهِ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً، فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إِلَّا رَجُلَانِ مِنْ إِخْوَانِهِ، كَانَا مِنْ أَخَصِّ إِخْوَانِهِ كَانَا يَغْدُوَانِ إِلَيْهِ وَيَرُوحَانِ إِلَيْهِ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: تَعْلَمُ وَاللَّهِ لَقَدْ أَذْنَبَ أَيُّوبُ ذَنْبًا مَا أَذَنَبَهُ أَحَدٌ. قَالَ صَاحِبُهُ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالَ: مُنْذُ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً لَمْ يَرْحَمْهُ اللَّهُ فَيَكْشِفُ اللَّهُ عَنْهُ. فَلَمَّا رَاحَا إِلَيْهِ، لَمْ يَصْبِرِ الرَّجُلُ حَتَّى ذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، قَالَ أَيُّوبُ: مَا أَدْرِي مَا تَقُولُ، إِلَّا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أَمُرُّ عَلَى الرَّجُلَيْنِ يَتَنَازَعَانِ فَيَذْكُرَانِ اللَّهَ، فَأَرْجِعُ إِلَى بَيْتِي فَأُكَفِّرُ عَنْهُمَا، كَرَاهِيَةَ أَنْ يُذْكَرَ اللَّهُ إِلَّا فِي حَقٍّ. قَالَ: وَكَانَ يَخْرُجُ إِلَى حَاجَتِهِ، فَإِذَا قَضَى حَاجَتَهُ أَمْسَكَتِ امْرَأَتُهُ بِيَدِهِ حَتَّى يَبْلُغَ، فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَبْطَأَ عَلَيْهَا، وَأُوحِيَ إِلَى أَيُّوبَ فِي مَكَانِهِ أَنِ {ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ} [ص: 42] فَاسْتَبْطَأَتْهُ فَتَلَقَّتْهُ يَنْتَظِرُوا، وَأَقْبَلَ عَلَيْهَا قَدْ أَذْهَبَ اللَّهُ مَا بِهِ مِنَ الْبَلَاءِ وَهُوَ عَلَى أَحْسَنِ مَا كَانَ، فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ: أَيْ بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ، هَلْ رَأَيْتَ نَبِيَّ اللَّهِ هَذَا الْمُبْتَلَى؟ وَوَاللَّهِ عَلَى ذَلِكَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشْبَهَ بِهِ مُذْ كَانَ صَحِيحًا مِنْكَ. قَالَ: فَإِنِّي أَنَا هُوَ. وَكَانَ لَهُ أَنْدَرَانِ: أَنْدَرُ لِلْقَمْحِ وَأَنْدَرُ لِلشَّعِيرِ، فَبَعَثَ اللَّهُ سَحَابَتَيْنِ، فَلَمَّا كَانَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى أَنْدَرِ الْقَمْحِ فَرَّغَتْ فِيهِ الذَّهَبَ حَتَّى فَاضَ، وَأَفْرَغَتِ الْأُخْرَى عَلَى أَنْدَرِ الشَّعِيرِ الْوَرِقَ حَتَّى فَاضَ» “.(قال الهيثمي: رَوَاهُ أَبُو يَعْلَى وَالْبَزَّارُ، وَرِجَالُ الْبَزَّارِ رِجَالُ الصَّحِيحِ).

“Sesungguhnya Nabi Allah Ayyub mendapat cobaan selama delapan belas tahun, sehingga orang dekat dan jauhnya menjauhinya selain dua orang saudara akrabnya yang sering menjenguk di pagi dan sore.

Lalu salah satunya berkata kepada yang lain, “Engkau tahu, demi Allah, dia telah melakukan dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun.” Kawannya berkata, “Dosa apa itu?” Ia menjawab, “Sudah delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dengan menghilangkan cobaan itu.”

Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka salah satunya tidak sabar sehingga menyampaikan masalah itu kepadanya. Ayyub berkata, “Aku tidak tahu apa yang kamu katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut nama Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan membayarkan kaffarat untuk keduanya karena aku tidak suka kedua orang itu menyebut nama Allah untuk yang tidak hak.”

Beliau juga bersabda, “Nabi Ayyub keluar jika hendak buang hajat. Apabila ia telah selesai buang hajat, maka istrinya menuntunnya sampai ke tempat buang hajat. Suatu hari Nabi Ayyub terlambat dari istrinya, dan diwahyukan kepada Nabi Ayyub di tempatnya, “Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shaad: 42)

Istrinya menunggunya cukup lama, dia menjumpai Ayyub sambil memperhatikannya sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah menghilangkan penyakitnya, dan Nabi Ayyub dalam keadaan lebih tampan daripada sebelumnya. Saat istrinya melihat, istrinya langsung berkata, “Semoga Allah memberkahimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang diuji ini? Demi Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip ketika sehat daripada kamu?” Ayyub menjawab, “Akulah orangnya.”

Ayyub memiliki dua tumpukan gandum, yang satu untuk gandum dan yang satu lagi untuk jewawut, lalu Allah mengirimkan dua awan. Saat salah satu dari awan itu berada di atas tumpukan gandum, awan itu menumpahkan emas sehingga melimpah ruah, sedangkan awan yang satu lagi menumpahkan perak ke tumpukan jewawut sehingga melimpah ruah.” (Al Haitsamiy berkata, “Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Al Bazzar. Para perawi Al Bazzar adalah para perawi hadis shahih.” Hadis ini juga dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah, 1:25)

Nabi Ayyub Sembuh dari Sakit

Setelah berlalu sekian lama, yaitu delapan belas tahun seperti yang diterangkan dalam hadis di atas, maka Ayyub memohon kepada Tuhannya agar menghilangkan derita yang menimpanya, ia berkata,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang.” (QS. Al Anbiyaa’: 83)

Maka Allah mewahyukan kepada Ayyub agar menghentakkan kakinya ke tanah, lalu Ayyub melakukannya, tiba-tiba memancarlah air yang sejuk, kemudian ia mandi daripadanya, lalu Ayyub sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada satu pun luka dan penyakit yang dirasakannya kecuali sembuh seluruhnya, ia juga meminum air itu, sehingga tidak ada satu penyakit yang ada dalam tubuhnya kecuali keluar dan dirinya kembali sehat seperti sebelumnya sebagai orang yang rupawan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghilangkan penyakit yang menimpa Ayyub dan jasadnya kembali sehat, Dia juga memberikan kekayaan lagi kepadanya, mengembalikan harta dan anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَءَاتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ

“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al Anbiyaa’: 84)

Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Ayyub sebagai teladan dalam kesabaran yang patut ditiru.

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Oleh: Marwan bin Musa
Artikel www.KisahMuslim.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Percakapan Langit

Wahai Angin siapa kau
Sungguh aku ingin mengenalmu
menari-nari dengan dirimu dilangit dengan para bintang
yang penuh dengan sinar cahaya yang mampu menerangi jiwaku



Wahai langit siapakah engkau
ingin rasanya ku pergi kenegrimu yang penuh dengan kelapangan
bercengkrama dengan angin dan bintang
dan meletakkan Hatiku disana yang penuh dengan luas dan lapangnya negerimu
hingga sampai waktunya tiba, aku menuliskan langit dengan tinta mata air yang penuh dengan kejernihan langit



Wahai bulan mengapa kau menerangiku hanya diwaktu malam
tidakkah kau tau bahwa aku rindu padamu
seperti matahari rindu pada bulan disiang hari




Wahai matahari katakan pada Angin, langit, bintang dan bulan
bahwa aku merindukannya
merindukan sinarnya, walau aku harus menunggu malam untuk berjumpa dengannya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ahl Al-Hall Wa Al-‘Aqd

Secara bahasa Ahl Al-Hall Wa Al-‘Aqd memiliki pengertian ”orang-orang yang melepas dan megikat” atau ”orang yang dapat memutuskan dan mengikat”. Sedangkan menurut para Ahli fiqih siyasah, Ahl al-hall wa al-’Aqd adalah oran-orang yang memiliki kewenangan untuk memutuskan dan menentukan sesuatu
atas nama umat (warga negara) atau lembaga perwakilan yang menampung dan
menyalurkan aspirasi atau suara suatu masyarakat.

Keanggotaan dari lembaga ini merupakan representasi dari rakyat yang nantinya akan memperjuangkan aspirasi politik masyarakat karena pemilihannya melalui proses yang demokratis dan berlangsung secara langsung sehingga rakyat memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya.

Istilah Ahl Al-Hall Wa Al-’Aqd dikalangan para ulama memiliki perbedaan penyebutan, ada yang menyebutnya sebagai lembaga Ahl Al-Ikhtiya, Ahl Alsyawkah, Ahl Al-Syu, Ahl Al-Ijtiha dan Ulil Amri.

Perbedaan istilah tersebut dikarenakan melihat tugas dan fungsi atau kewenangan dari lembaga Ahl al-hall wa al-’Aqd tersebut yakni memilih seorang khalifah, menetapkan undang-undang, melakukan musyawarah, dan melakukan controling terhadap kinerja khalifah didalam menjalankan roda kepemimpinannya. Karena mengacu pada pengertian ”sekelompok anggota masyarakat yang mewakili umat (rakyat) dalam menentukan arah dan kebijakan pemerintahan demi tercapainya kemaslahatan hidup mereka”.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab lembaga Ahl al-hall Wa Al- ’Aqd lebih dikenal dengan sebutan Ahl Al-Syu. Lembaga Ahl Al-Syu pada masa itu oleh para sahabat digunakan sebagai media untuk memilih pengganti kepala negara dan bermusyawarah untuk merumuskan arah kebijakan negara.

Yang menjadi anggotanya adalah para sahabat senior yang ditunjuk oleh khalifah untuk membantunya dalam merumuskan kebijakan dan menjalankan roda pemerintahan. Musyawarah yang dilakukan oleh para sahabat adalah usaha untuk menjaga tradisi yang dilakukan oleh nabi Muhammad sekaligus menjalankan perintah Al-Qur’an yang mengganjurkan kepada manusia untuk melakukan musyawarah apabila ada permasalahan publik yang membutuhkan solusi dan pemikiran cemerlang dari para Ahli.

Nabi Muhammad semasa hidupnya gemar melakukan musyawarah dengan para sahabatnya dalam menyelesaikan permasalahan umat baik itu permasalahan ekonomi, politik dan strategi perang. Musyawarah merupakan media untuk mengambil kebijakan untuk menghindari prilaku yang otoriter dan sewenang-wenang. Dengan musyawarah, masyarakat akan puas terhadap keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemerintah

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2168549-pengertian-ahl-al-hall-wa/#ixzz1mXseZeVK

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rindu



Wahai sang Pemilik Diriku......

Tak tau mengapa hari ini sungguh aku merindukanMU
Sungguh Rindu yang teramat dalam......

Disela indahnya dunia aku menungguMU untuk menjemputku disini
Menunggu waktu dimana Engkau membawaku ketempatMu.....


Ketempat yang penuh dengan kedamaian......
Ketempat dimana tidak ada kepalsuan
Ketempat dimana Hanya ada cinta Sejati disana....


Wahai sang pemilik diriku ini......


Sungguh kini kutak perduli dengan buruknya diriku.....
Hinanya diriku.....
Yang kutau saat ini Aku merindukanMU
Rindu yang sangat teramat dalam....



Rindu akan bayangan
Yang mengawan dikepalaku sejak dulu
Rindu akan Negeri Paling Indah
Rindu akan Negeri Akhir
Yang akan mempertemukanku denganMU.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gubernur Zuhud Yang Menjadi Kuli Di Pasar

Di antara sejumlah peperangan yang paling dahsyat adalah Perang Khandaq. Kala itu kaum Yahudi Madinah melakukan persekongkolan dengan musyrikin Makkah yang terdiri atas berbagai golongan, dan bergabung menjadi satu untuk menghancurkan umat Islam di Madinah.

Blokade dilakukan oleh tentara gabungan itu, didukung dengan sabotase dari dalam oleh orang-orang Yahudi. Umat Madinah sudah mulai dihinggapi kelelahan dan putus asa, kelaparan dan kehilangan semangat, sementara setiap saat tentara musuh bakal menyerbu dengan sengit.

Dalam kekalutan itulah muncul sebuah nama ke permukaan, nama yang tadinya tidak terlalu diperhitungkan milik seorang mualaf muda kelahiran negeri Persia. Ia adalah Salman yang dijuluki al Farisi sesuai tanah tumpah darahnya. Pemuda ini menyarankan agar digali parit panjang dan dalam melingkari kota Madinah.

Rasulullah menyambut gagasan itu dengan gembira. Dan itulah awal kebangkitan semangat umat Islam untuk mempertahankan kedaulatannya dan awal kehancuran musuh-musuh umat Islam.

Sejak itu nama Salman al Farisi mencuat naik. Di zaman pemerintahan Umar bin Khaththab, Salman mendaftarkan diri untuk ikut dalam ekspedisi militer ke Persia. Ia ingin membebaskan bangsanya dari genggaman kelaliman Kisra Imperium Persia yang mencekik rakyatnya dengan penindasan dan kekejaman. Untuk membangun istana Iwan Kisra saja, ribuan rakyat jelata terpaksa dikorbankan, tidak setitik pun rasa iba terselip di hati sang raja.

Di bawah pimpinan Panglima Sa’ad bin Abi Waqash, tentara muslim akhirnya berhasil menduduki Persia, dan menuntun rakyatnya dengan bijaksana menuju kedamaian Islam. Di Qadisiyah, keberanian dan keperwiraan Salman al Farisi sungguh mengagumkan sehingga kawan dan lawan menaruh menaruh hormat padanya.

Tapi bukan itu yang membuat Salman meneteskan air mata keharuan pada waktu ia menerima kedatangan kurir Khalifah dari Madinah. Ia merasa jasanya belum seberapa besar, namun Khalifah telah dengan teguh hati mengeluarkan keputusan bahwa Salman diangkat menjadi amir negeri Madain.

Umar secara bijak telah mengangkat seorang amir yang berasal dari suku dan daerah setempat. Oleh sebab itu ia tidak ingin mengecewakan pimpinan yang memilihnya, lebih-lebih ia tidak ingin dimurkai Allah karena tidak menunaikan kewajibannya secara bertanggung jawab.

Maka Salman sering berbaur di tengah masyarakat tanpa menampilkan diri sebagai amir. Sehingga banyak yang tidak tahu bahwa yang sedang keluar masuk pasar, yang duduk-duduk di kedai kopi bercengkrama dengan para kuli itu adalah sang gubernur.

Pada suatu siang yang terik, seorang pedagang dari Syam sedang kerepotan mengurus barang bawaannya. Tiba-tiba ia melihat seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian lusuh. Orang itu segera dipanggilnya; “Hai, kuli, kemari! Bawakan barang ini ke kedai di seberang jalan itu.” Tanpa membantah sedikitpun, dengan patuh pria berpakaian lusuh itu mengangkut bungkusan berat dan besar tersebut ke kedai yang dituju.

Saat sedang menyeberang jalan, seseorang mengenali kuli tadi. Ia segera menyapa dengan hormat, “Wahai, Amir. Biarlah saya yang mengangkatnya.” Si pedagang terperanjat seraya bertanya pada orang itu, “Siapa dia?, mengapa seorang kuli kau panggil Amir?”. Ia menjawab, “Tidak tahukah Tuan , kalau orang itu adalah gubernur kami?”. Dengan tubuh lemas seraya membungkuk-bungkuk ia memohon maaf pada ‘ kuli upahannya’ yang ternyata adalah Salman al Farisi .

“Ampunilah saya, Tuan. Sungguh saya tidak tahu. Tuan adalah amir negeri Madain, “ ucap si pedagang. “ Letakkanlah barang itu, Tuan. Biarlah saya yang mengangkutnya sendiri.” Salman menggeleng, “Tidak, pekerjaan ini sudah aku sanggupi, dan aku akan membawanya sampai ke kedai yang kau maksudkan.”

Setelah sekujur badannya penuh dengan keringat, Salman menaruh barang bawaannya di kedai itu, ia lantas berkata, “Kerja ini tidak ada hubungannya dengan kegubernuranku. Aku sudah menerima dengan rela perintahmu untuk mengangkat barang ini kemari. Aku wajib melaksanakannya hingga selesai. Bukankah merupakan kewajiban setiap umat Islam untuk meringankan beban saudaranya?”

Pedagang itu hanya menggeleng. Ia tidak mengerti bagaimana seorang berpangkat tinggi bersedia disuruh sebagai kuli. Mengapa tidak ada pengawal atau tanda-tanda kebesaran yang menunjukkan kalau ia seorang gubernur?.

Ia barangkali belum tahu, begitulah seharusnya sikap seorang pemimpin menurut ajaran Islam. Tidak bersombong diri dengan kedudukannya, malah merendah di depan rakyatnya. Karena pada hakekatnya, ketinggian martabat pemimpin justru datang dari rakyat dan bawahannya.

(Sumber: Kisah Orang-orang Sabar Karangan Nasiruddin M. Ag/Pz)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Guir Keraton.............

Hohohohoooooo





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DIMENSI RUHANI MANUSIA

Oleh: Hasani Ahmad Said

Tulisan ini pernah dimuat di Opini Koran Kabar Banten,Sabtu,9 Okt 2010

Manusia secara fisik tak ubahnya seperti belalang kecil yang hinggap di pohon-pohon. Tetapi dalam diri yang kecil itu terdapat arsy Tuhan, yang luasnya lebih luas dari bumi dan langit, demikian ungkapan Jalaludin Rumi.

Manusia pada hakikatnya terdiri atas dua dimensi. Dimensi jasmani dan ruhani. Dua dimensi itu selayaknya harus tersentuh proses pembelajaran dalam hidup manusia. Dimensi ruhani ada dan terdapat dalam qalbu, ruh, nafs, dan aqal yang pada gilirannya membawa ketentraman baik jiwa manusia di tengah kegelisahan kehidupan dunia modern sekarang, atau malah sebaliknya.

Baiklah coba satu persatu diuraikan dalam tulisan ini untuk menemukan eksistensi manusia,sesungguhnya sebagai manusia yang diposiskan sesempurnanya ciptaan.

Qalb

yang bermakna membalik, kembali, maju-mundur, naik turun, berubah-ubah. Kata ini digunakan untuk menamai bagian dalam dari manusia yang menjadi sentral diri manusia itu sendiri, yang kita terjemahkan dengan hati.

Qalb yang suci bagaikan bola lampu kristal yang jernih dan tampak titik apinya, tempat bertemunya minyak dan api, dari luarnya diterangi oleh cahaya iman sedangkan di dalamnya diterangi cahaya ruh suci; sehingga terberkatilah dua rumah: rumah jiwa dan rumah jasad oleh cahaya-cahaya tersebut

Al-Ghazali (w. 505 H.), dari kalangan sufi, mencoba menjelaskan pengertian qalb dengan terlebih dahulu membuat kategori yakni qalb dalam pengertian fisik, yaitu segumpal daging sebagian organ tubuh yang terletak pada bagian kiri ronga dada, dan merupakan sentral peredaran darah; di mana darah itu yang membawa kepada kehidupan. Al-Ghazali mengatakan, hati dalam kategori ini adalah hati biologis yang menjadi obyek kajian para ahli kesehatan.

Ruh

kata Ruh berasal dari akar kata r w h. Dalam hal ini, makna resmi kata tersebut yang berarti nyawa yang menggerakkan makhluk hidup, dapat dipahami secara intuitif sebagai udara yang menggerakkan jasad manusia. Karena udara tidak dapat dilihat, maka demikian pula ruh, yang hanya dapat dirasakan keberadaannya yang seperti angin itu.

Ruh mengantar pada ilahi, jasad membawa pada keduniawian. Ruhani adalah yang mengendalikan, memberikan visi dan nilai-nilai bimbingan kepada jiwa-jiwa nabati, hewani dan insani. Ruh kita sesungguhnya perwujudan arsy Tuhan. Jangkauannya lebih luas dari bumi.

Jadi, kalau kita mencintai dunia berarti kita memenjarakan ruh kita di sangkar yang kecil. Mana mungkin burung elang itu bisa bahagia di dalam sangkar yang kecil. Bebaskan ruh kita dari sangkar dunia.

Dalam kalangan Sufi, ruh tidak mereka definisikan, tetapi mereka melihatnya dari sisi bahwa Ruh adalah alat bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan. Ruh iru erat hubungannya dengan jantung, di mana ia beredar bersama peredaran darah, sehingga kalau detak jantung sudah berhenti, maka berakhir pulalah ruh itu.
Akan tetapi, ruh yang menjadi sasaran tasawuf adalah ruh lathifah al-‘Alimah al-mudrikah min al-insan (sesuatu yang halus, yang mengetahui dan mempersepsi, yang terdapat dalam diri manusia), atau sama pengertiannya hati dalam kategori kedua di atas.

Nafs

istilah Nafs dalam Al-Qur’an yang jama’nya anfus dan nufus diartikan jiwa (soul), pribadi (person), diri (self atau selves), hidup (life), hati (heart), atau pikiran (mind), di samping juga dipakai untuk beberapa arti lainnya.

Mengungkap tentang Al-Nafs tidak dapat dipisahkan dengan ruh; sejatinya keduanya harus didudukkan sapu paket. Ruh itu dari Allah (Qul al-ruhu min amri Rabbi), sedangkan Allah itu maha suci dan immateri. Maka ruh itupun bersifat immateri dan suci.

Nurcholis Madjid menjelaskan bahwa nafs atau nafsu, emosi, memiliki kecenderungan terhadap kejelekan. Namun demikian, emosi yang ada pada manusia ibarat pisau bermata dua, emosi dapat membawa bencana, tetapi juga mendorong manusia mencapai puncak keilmuan yang sangat tinggi.

Nafsu menempati bagian jantung manusia, sedang akal menempati otak manusia. didalam Al-Qur’an disebutkan dalam Q.S. Al Mu’minun [23]:14)yang berbunyi “Fakasauna al-idzama lahma” yang artinya ,lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Tatkala usia kandungan sembilan puluh hari proses pembentukan tubuh mulai berlangsung.

Maka nafs (jiwa), sebaiknya dipahami sebagai totalitas daya-daya ruhani berikut interaksinya dan aktualisasinya dalam kehidupan manusia. Quraish Shihab cenderung memahami Nafs sebagai sesuatu yang merupakan hasil perpaduan jasmani dan ruhani manusia. Perpaduan yang kemudian menjadikan yang bersangkutan mengenal perasaan, emosi, dan pengetahuan serta dikenal dan dibedakan dengan manusia-manusia lainnya.

'Aql

Yang berarti ikatan, batasan, atau menahan.Al-Ghazali meng-kategorikan akal atas dua pengertian. Pertama Akal dikaitkan dengan pengetahuan tentang suatu realitas, kedua Akal diartikan sama dengan kalbu. Jadi hati tak berbeda dengan akal. Meski demikian, kaum sufi menempatkan akal identik dengan dzawk (perasaan batin). Oleh karena itu, mereka berkeyakinan bahwa akal yang mampu mempersepsi sesuatu, sehingga menjadi sebuah konsep.

Dari uraian di atas, bisa dikatakan bahwa manusia tidak terlepas dari empat dimensi di atas. Kemudian, hati, ruh, nafsu, dan akal akan membawa kepada manusia yang sesungguhnya. Dalam artian bahwa dengan empat dimensi itu, manusia akan menjadi posisi/kedudukan yang terhormat, juga sebaliknya, bisa juga dalam posisi tersungkur atau hina.

Alquran menggambarkan mengenai penciptaan manusia sebaik-baik ciptaan (fî ahsani taqwîm). Akan tetapi posisi yang Allah berikan dalam posisi terbaik itu, bisa juga berbalik 180 derajat karena ulah manusia, yang kemudian digambarkan oleh Alquran sebagai sehina-hinanya manusia. Bahkan, manusia akan terlempar ke dasar kerak neraka.
Tepatlah kiranya, dua potensi yang Allah gambarkan dalam Q.S. al-Syams yakni Allah mengilhamkan kejelekan dan ketakwaan. Pertanyaannya tinggal pilih yang mana? Maka, dalam hal ini keempat dimensi di atas yang akan membawa manusia kelembah ke-takwaan atau kejelekan.


* Penulis adalah Dosen tetap Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan, Lampung & Kandidat Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini tinggal di Pabean, Purwakarta, Cilegon, Banten.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENGARTIKAN AGAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN FILSAFAT

Ketika seseorang mulai menyadari eksistensi dirinya, maka timbullah tanda-tanya dalam hatinya sendiri,tentang banyak hal.dalam lubuk hatinya yang dalam,memancarkan kecenderungan untuk tahu rahasia yang masih merupakan misteri yang terselubung itulah fitrah manusia,dengan fitrah itu manusia bergolak mencari dan merindukan tuhan, dari mulai bentuk yang dangkal dan bersahaja,berupa perasaan sampai ketingkat yang lebih tinggi berupa penggunaan akal ( Filsafat ).

Boleh jadi fitrah ini sesekali ketutup kabut kegelapan sehingga nampak manusia tidak mau tau siapa penciptanya, namun kekuatan fitrah ini tidak dapat dihapuskn sama sekali, dia sewaktu-waktu muncul kepermukaan lautan kesadaran memanifestasikan kecenderungan merindukan tuhannya yang begitu baik budi dan betapa bahagianya para pencari tuhan yang merindukan penciptanya,ketika mereka disambut mesra, oleh tuhannya,dalam bentuk petunjuk yang diwahyukan oleh rosulnya,disinilah terdapat perpaduan antara naluri, akal dan wahyu yang membuahkan ma’rifat pengenalan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya.

BAB 1
PEMBAHASAN
MENGARTIKAN AGAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN FILSAFAT

A. Sejarah filsafat islam

Telah dimaklumi bahwa peradaban Yunani pada umumnya sangat menarik perhatian kaum muslimin, terutama sesudah adanya penterjemahan buku-buku Yunani kedalam bahasa Arab sejak zaman Al-Mansur (kurang lebih pertengahan abad 1 H) sampai di antara ilmu Yunanai yang menarik kaum muslimin ialah retorica Yunani yang sangat mempengaruhi retorika Arab. Filsafat Yunani juga tidak kalah pengaruhnya karena bukan saja dikalangan mutakallimin yang hanya mengambilnya sebagai alat memperkuat dalil-dalil kepercayaan Islam dalam menghadapi lawan-lawannya, tetapi juga di kalangan mereka yang terkenal dengan nama filosof-filosof Islam, seperti al-Kindy, al-Faraby, Ibnu Sina, dan lain-lain. Berbeda dengan mutakallimin, mereka mengambil seluruhnya filsafat Yunanidan mempertemukanya dengan ajaran-ajaran agam islam yang menurut lahirnya berlawanan.

Memang filsafat Yunani sudah lama masuk dikalangan kaum muslimin sebelum masa al-Kindy, baik yang langsung dari Yunani, maupaun yang melalui orang-orang Masehi Nesturiah dan Ya’kubiyah. Akan tetapi orang ynag mempelajari filsafat Yunani secara keseluruhan yang berhak dinamakan filosof Islam baru al-Kindy. Perhatian pada filsafat memuncak pada zaman Khalifah Al-Makmun (813-833) putra Harun Al-Rasyid. Utusan-utusan yang dikirim kekerajaan Bizantium mencari Manuskrip yang kemudian dibawa ke Baghdad dan diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Untuk keperluan penerjemahan itu AL-Makmun mendirikan Bait al-Hikmah (Widya Graha) di Baghdad yang dipimpin oleh Hunain bin Ishak, seorang penganut agama Kristen yang berasal dari Hirah, ia pernah pergi ke Yunani dan belajar bahasa Yunani, disamping menguasai bahasa Syiria (suryani) yang dizaman itu merupakan salah satu bahasa ilmiah. Sebagian besar karya Aristoteles, Plato dan buku-buku mengenai Neo-Platonisme diterjemahkan kedalam bahasa arab.
Pada permulaanya tradisi pelajaran ilmu agama dibawah pegaruh terjemahan-terjemahan bahasa Arab, karya-karya filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani abad ke-2/8, bercabang dan mengembang kedalam gerakan pemikiran ilmu pengetahuan dan filsafat yang kukuh dan cemerlang yang menghasilkan karya-karya bernilai besar dan orisinal dari abad ke-3/9 hingga abad ke 6/12. dampaknya atas pemikiran islam dan perkembanganya dengan cara penyerapan dan bereaksi. Sebagaimana pengganti doktrin-doktrin filsafat individual yang diberikan oleh sejumlah filosof .

Pengertian Agama

Kata “Agama” berasal dari kata sanksekerta,yang asal katanya A dan Gama,A artinya “tidak” dan Gama artinya kocar-kacir atau berantakan,Yang dapat kita simpulkan Agama adalah tidak kocar-kacir ( Tidak berantakan )

Menurut istilah Agama adalah peraturan tuhan yang diturunkanNya kepada manusia melalui Rosulnya untuk menjadi pedoman bagi manusia dalam melaksanakan kehidupan dan penghidupan mereka didalam segala aspeknya agar mereka mencapai kejayaan hidup secara lahir dan batin serta dunia dan akhirat.

Pengertian agama menurut Harun nasution yaitu :

1.Pengakuan terhadap adanyahubungan manusia dengan kekuatan yang harus dipatuhi.
2.pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3.Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan manusia.
4.KePercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
5.Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan ghaib
6.Pengakuan terhadap adanya kewajiban yag diyakini bersumber pada kekuatan ghaib.
7.Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan takut .
8.Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan takut terhadap perasaan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
9.Ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Pengertian Agama menurut I. G. Frazer

Adalah menyemmbah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari pada manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya kehidupan manusia.

Pengertian Agama Menurut Prof.K.H.M Thaib thohir Abdul muin

Adalah suatu perturan tuhan yang mendorong jiwa seseorng yang mempunyai akal, memegang peraturan tuhannya itu dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan kebahagiaan kelak ( Istilah ini meliputi kepercayaan dan perbuatan ).

Jadi Pengertian Agama Adalah suatu ajaran untuk mempercayai adany a kekuatan ghaib diluar diri manusia yang mengatur cara hidup,system tingkah laku manusia yang diwahyukan tuhan kepada seorang rosul untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat

Mengapa manusia harus beragama yaitu:

1.Keterbatasan kemampuan manusia
2.Memberikan makanan rohani
3.Memenuhi tuntutan kita
4.Menanggulangi kegelisahan
5.Ingin bahagia
6.Memelihara martabat manusia
7.Sumber prinsip-prinsip hidup
8.Sumber hokum
9.Dengan adanya agama kita dapat mengenal Allah
10.Dengan agama kita dapat mengenal manusia
11.Memenuhi tujuan Allah menciptakan manusia

Pengertian Filsafat

Pengertian filsfat itu sendiri beraneka ragam,dan Ada beberapa pendapat mengenai filsafat yaitu diantaranya:
1.Menurut Thomas Hobbes, filsafat adalah ilmu yang menerangkan hasil dan sebab atau sebab dan hasilnya

2.Menurut Aristoteles,Filsafat adalah ilmu tentang kebenaran

3.Menurut Plato ,bahwa Filsafat bukanlah pengetahuan kebijaksanaan, kepndaiaan melainkan, kegemaran dan kemauan untuk mendapatkan pengetahuan yang luhur itu.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang kebenaran,tentang bagaimana ilmu itu dipelajari secara mendalam

Objek pembagian Filsafat

Objek filsafat adalah mencari keterngan sedalam-dalamnya,disinilah kita ketahui sesuatu yang ada atau yang berwujud yang menjadikan penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objecnya yaitu:
1.Umum
2.Mutlak
3.Cosmologia
4.Antropologia
5.Etika
6.Logika

Filsafat Ketuhanan ( Theologi Filsafat )

Menurut Prof.Dr.D.C Mulder ( 1972,Hal 30 ) Filsafat Agama merupakan bagian filsafat ketuhanan,filsafat ketuhanan termasuk filsafat sistematis yang mempelajari Cosmologia,manusia dengan Tuhannya

Filsafat ketuhanan ( Theologi Filsafat ) yaitu hikmah kebijaksanaan menggunakan akal pikiran dalam menyelidiki ada dan esanya Tuhan.

Untuk pembahasn secara khusus biasanya istilah teologi dikaitkan dengan keterangan kualifikasi, mislnya: theology Kristen, theology protestan, theology budha, theology hindu, dan theology islam.

Dalam pembahasan makalah ini kami akan mengkhususkan pada pembahasan theology islam. Dan di dalam agama islam terdapat istilah ilmu tauhid dan ilmu kalam, untuk membahas masalah ketuhanan adalah tauhid ( mengesakan dan menganggap satu).

Ilmu tauhid menurut islam adalah ilmu yang menerangkan tentang sifat Tuhan yang wajib diketahui dan dipercayai dimana bagian terpenting adalah pembahasan mengenai keesaan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya
Pentingnya kedudukan dan fungsi filsafat

Al-quran menyuruh manusia menggunakan akal

Al-Quran adalah pedoman bagi umat manusia untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan tuntunan Rabbnya,karena di dalam Al-Quran semua permasalahan diatur dengan baik. Al-Quran juga merupakan firman-firman Allah penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya, yang didalamnya tidak hanya berisi tentang tauhid saja tetapi didalamnya mengajarkan hikmah dan juga terdapat alasan-alasan yang dapat diterima secara logika. Dengan kata lain bahwa doktrin adanya Tuhan tidak hanya disuruh percaya begitu saja tetapi sebelum itu diberikan kesempatan berfikir lurus.

Rasio (akal) merupakan salah satu dari perangkat anugrah (hidayah) yang diberikan Tuhan kepada manusia. Didalam Al-quran terdapat banyak ayat dalam bentuk yang bervariasimenyuruh mnusia menggunakan akalnya dengan baik, memikirkan alam disamping mengingat dan menyebut Penciptanya Allah SWT. Ada beberapa ayat yang memerintahkan menusia menggunakan akalnya untuk memikirkan alam ini, yaitu surat Al-Hajj 22:46,Al-Imron 3:190-191,Ar-Rum 30: 8, Al-Ankabut 29:43,Al-Arof 7: 185,Al-Qof 50: 6-11,dan Al- Fatir 3: 27-28.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa mengartikan agama dengan menggunakan ilmu filsafat adalah filsafat sebagai media untuk manusia mencari makna Tuhan atau ma’rifatullah secara mendalam, dan menggunakan logikanya sebagai alat pencari makna islam itu sendiri.tetapi yang perlu digarisbawahi, logika manusia memiliki keterbatasan. Sehingga Al-Quran tidak semua ayatnya dapat di terjemahkan secara logika,contohnya saja ayat tentang ruh.

Pendekatan filosofis

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, mencoba menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.

Menurut Sidi Gazalba, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti hikmah atau mengenai hakikat segala sesuatu yang ada Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya upaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang ada dibalik objek formalnya.

Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas dan inti yang terdapat di balik yang bersifat lahiriah. Sebagai contoh, kita jumpai berbagai bentuk rumah dengan kualitas yang berbeda, tatapi semua rumah itu intinya adalah sebagai tempat tinggal. Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara mendalam .berfikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.

Pendekatan Filosofis yang demikian itu sebenarnya sudah banyak dlakukan oleh para ahli. Misalnya dalam buku yang berjudul Hikmah Al-Taasyri’ Walfalsafalatuhu yang ditulis oleh Muhamad Al-Jurjawi. Dalam buku tersebut Al-urjawi berupaya mengungkapkan hikmah yang terdapat diballik ajaran-ajaran agama Islam.

Agama misalnya mengajarkan agar melaksanakan sholat berjamaah. Tujuannya antara lain agar seseorang merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang lain. Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun Islam yang kelima, dan berhenti sampai disitu. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung didalamnya. Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan bentuk pengalaman agama secara formal. Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik. Sedangkan bentuk (formal) memfokuskan segi lahiriyah yang bersifat eksoterik.

Menurut Al-Kindi falsafat dan agama samawi tidak bisa bertentangan. Falsafat membahas kebenaran dan wahyu membawa informasi tentang kebenarandan wahyu membawa informasi tentang kebenaran. Di sinilah terletak persamaan antara falsafat dan agama, keduanya sama-sama membahas kebenaran. Selanjutnya, agama disamping wahyu mempergunakan akal dan falsafat menggunakan akal pula. Falsafat membahas kebenaran pertama (al-haqq al-awwal) dan agama itulah pula yang dijelaskannya.
Tuhan ialah Al-Haqq Al-Awaal. Falsafat yang paling tinggi ialah falsafat yang membahas Al-Haqq Al-Awwal itu. Membahas Tuhan itu diwajibkan dalam Islam. Oleh karena itu mempelajari filsafat dalam islam tidak dilarang.

Al-Farabi juga berpendapat demikian. tetapi baginya falsafat dapat mengganggu keyakinan orang awam. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa falsafat tidak boleh dibocorkan dan tak boleh sampai ketangan orang awam.

Kalau filosof-filosof berpendapat bahwa filsafat tidak boleh jatuh ketangan orang awam, Al-Ghazali lebih dari itu mengatakan bahwa teologi pun tidak boleh disampaikan pada mereka. Bukan hanya filsafat yang dapat mengacaukan keyakinan, bahkan ilmu kalam dapat mengacaukan iman seseorang. Karena dalam memahami agama para filosof (kaum khawas) menggunakan arti batin yang tidak boleh disampaikan kepada orang awam yang menggunakan arti lahir.

Refrensi :

•Hady Aslam.Dr,Pengantar Filsafat Agama.Jakarta, CV Rajawali,1986
•Zaini Syahminan.Drs,Mengapa Manusia Harus Beragama.Jakarta,Kalam Mulia,1986.Cet 1
•Ya’qub Hamzah.H.Dr,Filsafat Agama Titik Temu Akal Dengan Ilmu.Jakarta,Pedoman Ilmu Jaya,1992
•Harifuddin.H.Drs,Rasjidi.M.H.Dr.Prof,Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat.Jakarta,Bulan Bintang,1988
•www.ariffadholi.blogspot.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Iblis dan Ibnu Ummi Maktum

Abdullah bin ummi maktum adalah salah seorang sahabat yg mulia.Dia adalah salah satu sebab turunnya surat Abasa.

Suatu hari,Abdullah bin ummi maktum mengikuti pengajian Rosulullah SAW .dalam kesempatan itu, Rosul menyampaikan akan kewajiban setiap muslim yg mendengar adzan untuk segera menunaikan sholat.karena kondisi fisiknya,yakni matanya yg buta,ia memberanikan diri bertanya kepada Rosulullah SAW.

"Wahai Rosulullah SAW,apakah saya juga diwajibkan kendati saya tidak bisa melihat ?" tanya Ibnu ummi maktum,

Rosul menjawab." Apakah kamu mendengar seruan azan ?"

Ibnu ummi maktum menjawab,"Ya,saya mendengarnya."

Rosul pun memerintahkannya agar ia tetap pergi kemesjid meskipun sambil merangkak.

Maka,dengan penuh keimanan,setiap azan berkumandang dan waktu sholat tiba,ia pun segara pergi kemesjid dan berjama'ah dengan Rosulullah SAW.suatu ketika diwaktu subuh,saat azan dikumandangkan, ibnu ummi maktum pun bergegas kemesjid. Ditengah jalan,kakinya tersandung batu hingga akhirnya mengeluarkan darah.Namun,tekadnya sudah bulat untuk tetap berjama'ah kemesjid.

Waktu subuh berikutnya,ia bertemu dengan seorang pemuda.Pemuda ini bermaksud menolongnya dan menuntunnya kemesjid. Selama berhari2,sang pemuda ini selalu mengantarnya kemesjid. Ibnu ummi maktum pun kemudian ingin membalas kebaikannya. "

Wahai saudaraku,siapakah gerangan namamu.izinkan aku mengetahuimu agar aku bisa mendoakanmu kepada Allah," ujarnya.

"Apa untungnya bagi anda mengetahui namaku dan aku tak mau engkau do'akan", jawab sang pemuda."

jika demikian,cukuplah sampai disini saja engkau membantuku. Aku tak mau engkau menolongku lagi sebab engkau tak mau didoakan " tutur ibnu ummi maktum kepada pemuda itu

Maka sang pemuda ini pun akhirnya mengenalkan diri. "Wahai ibnu ummi maktum, ketahuilah sesungguhnya aku adalah iblis," ujarnya. " lalu mengapa engkau menolongku dan selalu mengantarkanku kemesjid. Bukankah engkau semestinya mencegahku untuk kemesjid ?" tanya ibnu ummi maktum lagi.

Sang pemuda yg bernama iblis itu kemudian membuka rahasia atas pertolongannya selama ini. " Wahai ibnu ummi maktum,masih ingatkah engkau beberapa hari yg lalu tatkala engkau hendak kemesjid dan engkau terjatuh ? Aku tidak ingin hal itu terulang lagi. Sebab,karena engkau terjatuh, Allah telah mengampuni dosamu yg separuh. Aku takut kalau engkau terjatuh lagi Allah akan menghapuskan dosamu yg separuhnya lagi ,sehingga terhapuslah dosamu seluruhnya. Maka, sia-sialah kami menggodamu selama ini," jawab iblis tersebut.

Kisah diatas menggambarkan kepada kita bahwa sesungguhnya iblis tak akan pernah berhenti untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Dalam hal yg baik pun,iblis selalu berusaha untuk membelokkan orang yg beriman kearah yg dimurkai Allah.

"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (Qs.Fatir : 6).

Semoga Allah senantiasa membimbing dan meridhai setiap ibadah kita

Amin .....

Sumber:
Syahruddin El-fikri dalam (Rubrik HIKMAH Koran REPUBLIKA)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dasar-Dasar Jurnalistik



Pengertian

Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.
Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
Secara konseptual,

jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.

1. Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada
publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).

2. Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik
(berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa
(reportase) dan wawancara.

3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa,
opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan
terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu
sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses
penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi,
atau memberikan kejelasan.

Secara Praktis, Jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik sebagai berikut :

1.Informasi

2.penyusunan informasi

3.penyebarluasan informasi

4.media massa.

I.Informasi : News & Views

Informasi adalah pesan, ide, laporan, keterangan, atau pemikiran. Dalam dunia jurnalistik, informasi dimaksud adalah news (berita) dan views (opini).

News ( Berita )

Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) –aktual, faktual, penting, dan menarik. Berita disebut juga “informasi terbaru”.

Jenis-jenis berita :

1. Berita langsung (straight news)
2. Berita opini (opinion news)
3. Berita investigasi (investigative news), dan sebagainya.

Views ( Opini )

adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atau peristiwa.

Jenis informasi Views adalah sebagai berikut :

1.Kolom

2.tajuk rencana

3.artikel

4.surat pembaca

5.karikatur

6.pojok

7.esai.

Feature

Ada juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut opini, yakni feature, yang merupakan perpaduan antara news dan views.

Jenis feature yang paling populer adalah sebagai berikut :
1.Feature tips (how to do it feature)
2.Feature biografi
3.Feature catatan perjalanan/petualangan
4.Feature human interest.

II.Penyusunan Informasi

Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (Editorial Department), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor.Pemred hingga Koresponden disebut wartawan. Menurut UU No. 40/1999, wartawan adalah “orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin”. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini:

1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini.

2. Menguasai bidang liputan (beat).

3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

Teknis pembuatannya terangkum dalam konsep proses pembuatan berita (news processing), meliputi:

1.News Planning

perencanaan berita. Dalam tahap ini redaksi melakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yang akan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dan kode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tema tulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagian tugas di antara para wartawan

2.News Hunting

pengumpulan bahan berita. Setelah rapat proyeksi dan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahan berita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensi atau pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara.

3.News Writing

penulisan naskah. Setelah data terkumpul, dilakukan penulisan naskah.

4.News Editing

penyuntingan naskah. Naskah yang sudah ditulis harus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi). Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yang menarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space atau kolom yang tersedia.
Setelah keempat proses tadi dilalui, sampailah pada proses berikutnya, yakni proses pracetak berupa Desain Grafis, berupa lay out (tata letak), artistik, pemberian ilustrasi atau foto, desain cover, dll. Setelah itu langsung ke percetakan (printing process).

III. Penyebarluasan Informasi

Yakni penyebarluasan informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Ini tugas bagian marketing atau bagian usaha (Business Department) –sirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Bagian ini harus menjual media tersebut dan mendapatkan iklan.

IV. Media Massa (Mass Media)

adalah sarana komunikasi massa (channel of mass communication ). Komunikasi massa sendiri artinya proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.

Ciri-ciri (karakteristik) media massa adalah sebagai berikut :

1. disebarluaskan kepada khalayak luas (publisitas)
2. pesan atau isinya bersifat umum (universalitas)
3. tetap atau berkala (periodisitas)
4. berkesinambungan (kontinuitas)
5. berisi hal-hal baru (aktualitas).

Jenis-jenis media massa

1.Media Massa Cetak (Printed Media) Yang termasuk media cetak adalah seperti koran atau surat kabar, tabloid,
newsletter, majalah, buletin, dan buku

2.Media Massa Elektronik (Electronic Media) Yang termasuk Media Elektronik adalah radio, televisi, dan film

3.Media Online (Cybermedia). Yang termasuk Media Online adalah website internet yang berisikan informasi- aktual
layaknya media massa cetak.

Produk Utama Jurnalistik: Berita

Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature.

Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa.
Tahap-tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi”
enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana
kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya)

2. Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –
spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah
(straight to the point), mudah dipahami orang awam.

3. Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya
peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian
paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di
Lead.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS