Saad bin Abi Waqqash , Lelaki Penghuni Surga


“Aku adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah,”

Demikianlah Sa’ad bin Abi Waqqash mengenalkan dirinya. Ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah.

Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf hidup di tengah-tengah Bani Zahrah yang merupakan paman Rasulullah SAW. Wuhaib adalah kakek Sa’ad dan paman Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah.

Sa’ad dikenal orang karena ia adalah paman Rasulullah SAW.  Dan beliau sangat bangga dengan keberanian dan kekuatan, serta ketulusan iman Sa'ad. Nabi bersabda, “Ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian!”

Keislamannya termasuk cepat, karena ia mengenal baik pribadi Rasulullah SAW. Mengenal kejujuran dan sifat amanah beliau. Ia sudah sering bertemu Rasulullah sebelum beliau diutus menjadi nabi. Rasulullah juga mengenal Sa’ad dengan baik. Hobinya berperang dan orangnya pemberani. Sa’ad sangat jago memanah, dan selalu berlatih sendiri.

Kisah keislamannya sangatlah cepat, dan ia pun menjadi orang ketiga dalam deretan orang-orang yang pertama masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.

Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.

Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya; penyembah berhala.

Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad di tempat kerjanya dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad SAW. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah.

Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui Rasulullah SAW, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat usianya baru menginjak 17 tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah.

Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeda dengan kisah keislaman para sahabat lainnya. Ibunya sangat marah dengan keislaman Sa'ad. “Wahai Sa’ad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.

Sa’ad menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”

Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa Sa’ad sangat menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa'ad akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok makan.

Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa'ad.

Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.

Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad dalam ayat Al-Qur’an, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).

Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga."

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash.

Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin.

Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.

Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.

Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."

Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”

Sumber :Republika.co.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Abu Dujanah

 


KISAH ABU DUJANAH YANG MEMBUAT RASULULLAH MENANGIS


Di dalam kitab I'anatuth-Thalibin Bab Luqatah karya Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad-Dimyati, diceritakan sebuah kisah sahabat yang membuat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam meneteskan air mata.

Adalah Abu Dujanah Radhiallahu'anhu sahabat Nabi dari kabilah Khazraj yang membuat Rasulullah menangis. Selain dikenal pemberani di medan perang, Abu Dujanah juga seorang yang sangat menjaga diri dan keluarganya dari perkara haram. Suatu hari, usai salat shubuh berjamaah bersama Rasulullah, Abu Dujanah selalu terburu-buru pulang tanpa mengikuti doa ba'da salat yang dipanjatkan Rasulullah.Rasulullah mencoba mencari tahu penyebab kebiasaan Abu Dujanah itu.

"Wahai Abu Dujanah, apakah engkau tidak memiliki permintaan yang perlu engkau panjatkan ke hadirat Allah sehingga engkau sering meninggalkan masjid sebelum aku selesai berdoa?" tanya beliau.

Abu Dujanah menjawab, "Begini Rasulullah," kata Abu Dujanah memulai ceritanya.

"Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang laki-laki. Di atas pekarangan rumah milik tetangga kami ini, terdapat satu pohon kurma menjulang, dahannya menjuntai ke rumah kami. Setiap kali ada angin bertiup di malam hari, kurma-kurma tetanggaku itu saling berjatuhan, mendarat di rumah kami.”

"Ya Rasul, kami keluarga orang yang tak berpunya. Anakku sering kelaparan. Saat anak-anak kami bangun, apapun yang didapat, mereka makan. Oleh karena itu, setelah selesai salat, kami bergegas segera pulang sebelum anak-anak kami terbangun dari tidurnya. Kami kumpulkan kurma-kurma milik tetangga kami yang berceceran di rumah, lalu kami kembalikan kepada pemiliknya."

Abu Dujanah lantas menceritakan, pernah suatu ketika anaknya kedapatan memakan kurma yang jatuh dari pohon tetangganya itu. Maka, ia pun berupaya sekuat tenaga untuk mengeluarkan kurma yang terlanjur dimakan tadi dari mulut anaknya.

“Nak, janganlah kau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak.” Anakku menangis, kedua pasang kelopak matanya mengalirkan air karena sangat kelaparan.

Wahai Rasululah, kami katakan kembali kepada anakku itu, “Hingga nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu. Seluruh isi perut yang haram itu, akan aku keluarkan dan akan aku kembalikan bersama kurma-kurma yang lain kepada pemiliknya yang berhak."

Mendengar cerita itu, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca, butiran air mata mulianya berderai begitu deras. Baginda Rasulullah mencoba mencari tahu siapa sebenarnya pemilik pohon kurma yang dimaksud Abu Dujanah itu. Abu Dujanah pun mengatakan bahwa pohon kurma itu milik seorang laki-laki munafik.

Rasulullah langsung mendatangi pemilik pohon kurma yang diceritakan oleh Abu Dujanah. Rasul lalu mengatakan, "Apa bisa engkau menjual pohon kurma itu? Aku akan membelinya dengan pohon senilai 10 kali lipat. Pohon itu terbuat dari batu zamrud berwarna biru, disirami emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada.” kata Rasulullah menawarkan.

Laki-laki munafik ini lantas menjawab dengan tegas, "Saya tidak pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo. Saya tidak mau menjual apa pun kecuali dengan uang kontan dan ingin dibayar saat ini juga."

Tiba-tiba Abu Bakar as-Shiddiq datang. Lantas berkata, "Ya sudah, aku beli dengan sepuluh kali lipat dari tumbuhan kurma milikmu yang jenisnya tidak ada di kota ini (lebih bagus jenisnya)."

Si munafik pun kegirangan sembari berujar: "Ya sudah, aku jual."

Abu Bakar menyahut, "Bagus, aku beli." Setelah sepakat, Abu Bakar langsung menyerahkan pohon kurma itu kepada Abu Dujanah.

Rasulullah kemudian bersabda, "Hai Abu Bakar, aku yang menanggung gantinya untukmu."

Mendengar sabda Nabi itu, Abu Bakar bergembira bukan main. Begitu pula Abu Dujanah. Sedangkan si munafik berjalan mendatangi istrinya. Lalu menceritakan kejadian yang baru saja ia alami.

"Aku telah mendapat untung banyak hari ini. Aku dapat sepuluh pohon kurma yang lebih bagus. Padahal kurma yang aku jual itu masih tetap berada di pekarangan rumahku. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu dan buah-buahnya pun tidak akan pernah aku berikan kepada tetangga kita itu sedikit pun."

Malamnya, saat si munafik tidur, dan bangun di pagi harinya, tiba-tiba pohon kurma yang ia miliki berpindah posisi, menjadi berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah. Dan seolah-olah tak pernah sekalipun tampak pohon itu tumbuh di atas tanah si munafik. Tempat asal pohon itu tumbuh, saat ini rata dengan tanah. Ia keheranan tiada tara.

Demikian kisah sahabat dan pohon kurma yang membuat Rasulullah menangis. Hikmah yang kita petik dari kisah ini adalah kehati-hatian para sahabat menjaga diri dan keluarganya dari makanan yang haram. Kemudian pohon kurma yang berpindah posisi itu adalah salah satu mukjizat Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam yang langsung dirasakan oleh sahabat Abu Dujanah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Adab-Adab Membaca Al Qur'an

 Catatan Sabilul Quran.jpeg

بسم الله الرحمن الرحيم

Faidah dari buku Mencetak Hafidz Cilik karya Abu Raihan-Ummu Raihan (Hafidzahumallah)

Imam An Nawawi di dalam kitabnya At-Tibyan Fii Adaabi Hamalatil Qur’an menyebutkan beberapa adab dan hukum dalam membaca Al-Qur’an:


1. Ikhlas hanya mengharap pahala dari Allah ﷻ dan menyadari bahwasannya ia sedang berkomunikasi dengan Allah ﷻ.

2. Menjaga kebersihan mulutnya dengan siwak atau sejenisnya.

3. Diutamakan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci.

4. Hendaknya membaca Al-Qur’an di tempat yang bersih dan lebih utamanya di masjid.

5. Hendaknya menghadap kiblat dan duduk dengan tenang.

6. Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz.

7. Membaca basmalah di setiap awal surat, kecuali surat Bara’ah (At-Taubah). Demikian yang dikatakan oleh jumhur ulama.

8. Khusyu’ dan merenungkan maknanya, firman Allah ﷻ:
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ
“Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya…” (QS. Shaad: 29)

9. Menghadirkan perasaan takut kepada Allah ﷻ saat membacanya. Menangis ketika membaca Al-Qur’an merupakan sifat orang-orang arif dan syiar hamba-hamba Allah ﷻ yang shalih.

10. Membacanya dengan tartil, berdasarkan firman Allah ﷻ:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا…
“…dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil (perlahan-lahan).” (QS. Muzammil:4)

11. Disunnahkan meminta karunia dari Allah ﷻ saat selesai membaca ayat-ayat tentang rahmat Allah ﷻ, memohon perlindungan dari siksa apabila selesai membaca ayat-ayat tentang adzab, dan bertasbih apabila melewat ayat-ayat tentang pensucian Allah ﷻ.

12. Menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi sikap hormat terhadap Al-Qur’an, seperti tertawa pada saat membacanya, dll. Berdasarkan firman Allah ﷻ:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204)

13. Tidak boleh membaca Al-Qur’an dengan selain bahasa Arab.

14. Tidak boleh membaca Al-Qur’an kecuali dengan qira’at as sab’ah (bacaan yang tujuh) yang mutawatir, dan hendaknya tidak mencampur adukkannya.

15. Hendaknya membaca sesuai urutannya di mushaf.

16. Membaca dengan melihat mushaf lebih utama ketika di luar shalat, kecuali jika lebih merasa khusyu’ dengan hafalannya.

17. Disunnahkan membuat halaqah dalam membaca dan mempelajari Al-Qur’an, berdasarkan sabda Nabi ﷺ:
مَا اجٌتَمَعَ قَومُ فيِ بَيتٍ مِن بُيُوتِ اللٌهِ يَتلُونَ كتَابَ اللٌهِ وَيَتَدَا رَسُونَه فِيمَا بَيْنَهُم إلا نَزَلتْ عليْهمُ السَكِينَةُ وَغَشِيتهُمُ الرَّحمةُ وَحَفَتهمُ الملآئكةُ وَذَكَرَهُمُ اللٌهُ فِيمَن عِندَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, melainkan diturunkan ke atas mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikelilingi para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi mahluk yang dimuliakanNya.” (HR Muslim)

18. Disunnahkan membaca dengan mengeraskan suara selama tidak khawatir riya’ dan tidak mengganggu orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
“Hiasilah al-Quran dengan suara kalian.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya, no. 7544; fathul bari, 3/527)

19. Disunnahkan minta dibacakan Al-Qur’an dari orang yang bersuara bagus, sebagaimana nabi ﷺ:
«ﺍﻗْﺮَﺃْ ﻋَﻠَﻲَّ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥ»َ ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻘُﻠْﺖُ: ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ‍ ﺃَﻗْﺮَﺃُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ؟ ﻭَﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃُﻧْﺰِﻝَ؟ ﻗَﺎﻝَ: ‏«ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺷْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻥْ ﺃَﺳْﻤَﻌَﻪُ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِﻱ‏» ﻓَﻘَﺮَﺃْﺕُ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀَ ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﺑَﻠَﻐْﺖُ: { ﻓَﻜَﻴْﻒَ ﺇِﺫَﺍ ﺟِﺌْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺑِﺸَﻬِﻴﺪٍ ﻭَﺟِﺌْﻨَﺎ ﺑِﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ ﺷَﻬِﻴﺪًﺍ}. ﺭَﻓَﻌْﺖُ ﺭَﺃْﺳِﻲ، ﺃَﻭْ ﻏَﻤَﺰَﻧِﻲ ﺭَﺟُﻞٌ ﺇِﻟَﻰ ﺟَﻨْﺒِﻲ، ﻓَﺮَﻓَﻌْﺖُ ﺭَﺃْﺳِﻲ ﻓَﺮَﺃَﻳْﺖُ ﺩُﻣُﻮﻋَﻪُ ﺗَﺴِﻴﻞُ
“Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku.” Abdullah ibnu Mas’ud berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah saya akan membacakannya kepadamu sementara ia diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab, “Aku senang mendengarnya dari orang selain diriku”, Maka aku pun membacakan surat an-Nisa’, ketika sampai pada ayat (yang artinya), “Bagaimanakah jika (pada hari kiamat nanti) Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, dan Kami datangkan engkau sebagai saksi atas mereka.” ( QS. an-Nisa’: 41 ).
Aku angkat kepalaku, atau ada seseorang dari samping yang memegangku sehingga aku pun mengangkat kepalaku, ternyata aku melihat air mata beliau mengalir.”

20. Makruh membaca Al-Qur’an pada kondisi-kondisi tertentu, seperti ketika ruku’, sujud, dan yang lainnya ketika sedang shalat, kecuali saat berdiri. Dan bagi makmum, dimakruhkan membaca Al-Qur’an lebih dari surat Al-Fatihah apabila dia mendengar bacaan imam. Juga dimakruhkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan mengantuk dan ketika sedang mendengarkan khutbah.

21. Dilarang mengkhususkan membaca ayat-ayat tertentu pada saat-saat tertentu, kecuali ada dalil yang menerangkannya.

22. Apabila ada seseorang yang memberikan salam kepada orang yang sedang membaca Al-Qur’an, hendaklah ia hentikan bacaannya dan menjawab salam tersebut. Apabila ia mendengar orang yang bersin mengucapkan “Alhamdulillah”, maka hendaknya ia menjawabnya dengan “yarhamukallah”. Demikian pula apabila ia mendengar adzan, maka hendaknya ia hentikan dan menjawab adzan yang dikumandangkan.

23. Disyari’atkan untuk bersujud apabila melewati ayat-ayat sajadah


Sumber : sabilulquran. Com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

***********************************

Pada Saat Tinggal Satu Langkah Mencapai Puncak, Saya Persilakan dia Untuk Menjejakkan Kakinya dan Menjadi Orang Pertama di Dunia Menjejaki Kaki di Gunung Everest

Siapa orang yang pertama berhasil menjejakkan kaki di puncak Everest? Dunia mencatat nama Sir Edmun Hillary, pendaki dari Selandia Baru yang akhirnya mencapai puncak di ketinggian 8.824 meter (titik tertinggi di bumi).

Sesungguhnya di balik kisah suksesnya, ada seorang yang bernama Tenzing Norgay. Siapa dia? Tenzing Norgay adalah seorang penduduk asli Nepal yang bekerja sebagai pemandu (sherpa) bagi para pendaki. 

 time.com
 
Tenzing dan Sir Edmun Hillary akhirnya mencapai puncak Everest  pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30.  Peristiwa itu kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti keberhasilan mencapai puncak Everest. Karena pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi telah berusaha menaklukkan Everest, namun mengalami kegagalan, beberapa diantaranya dipandu oleh Tenzing.

Keberhasilan Sir Edmund Hillary tentunya sangat fenomenal mengingat baru berakhirnya Perang Dunia II dan menjadi seorang inspirator bagi seluruh bangsa di dunia. Karena keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Inggris yang baru saja dilantik saat itu Ratu Elizabeth II dan menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia.

Seperti disebut di awal, Tenzing sebagai pemandu pasti berjalan di depan, jadi seharusnya ia yang dicatat sebagai orang pertama menaklukan puncak Everest, dan bukan Sir Edmun Hillary yang sangat populer itu.

Nah, saat itu setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay. 


Tenzing Norgay / the-south-asian.com
 
Berikut sebagian cuplikan wawancara reporter dengan Tenzing.

Reporter : Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?

Tenzing Norgay : Sangat senang sekali!

Reporter : Apakah Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary? Tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?

Tenzing Norgay : Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia ini.

Reporter : Mengapa Anda lakukan itu?

Tenzing Norgay : Karena itu adalah impian Edmund Hillary, bukan impian saya…..impian saya berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih impiannya.

Moral cerita
Dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia kerja, kita secara pribadi terbiasa atau terkondisikan untuk fokus kepada diri kita sendiri, siapa yang mendapat nama, apa yang kita dapatkan, bonus, penghargaan, insentif dan sebagainya. 
Namun pernahkan kita berpikir….untuk bisa membuat orang lain berhasil? Di sekitar kita mungkin saja banyak kondisi seperti seperti Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay.  Pepatah mengatakan, “Bila hendak jadi pahlawan, harus ada yg bertepuk tangan dipinggir jalan”.

Di dunia ini, tidak semua manusia berkeinginan dan memiliki impian seperti Sir Edmund Hillary, menjadi Pahlawan. Ada orang-orang yang berbahagia dengan memberikan pelayanan dan membantu orang lain mencapai impiannya. Mereka akan merasa puas dengan cukup menjadi “orang kedua” sekalipun memiliki peran yang sangat menentukan. 
Sudahkah kita menghargai, menghormati dan mengangkat orang kedua seperti Tenzing Norgay dalam hidup kita?




Sumber:
inspirasijiwa

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perempuan Penghuni Surga




Sesungguhnya segala kenikmatan surga tidaklah dikhususkan untuk laki-laki saja sehingga perempuan tidak mendapatkannya akan tetapi surga adalah untuk orang-orang bertakwa, Allah SWT berfirman:
“(Surga) disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” (QS Ali 'Imran : 133)

"Namun Allah telah menjadikan laki-laki terpikat dan merindukan surga karena mengingat bidadari-bidadari dan perempuan-perempuan di surga, dan yang seperti itu tidak disebutkan untuk perempuan."

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor :


1. Umumnya perempuan mempunyai rasa malu dan karena inilah Allah SWT. tidak menjadikan mereka terpikat dengan apa yang mereka malu kepadanya.

2. Kerinduan seorang perempuan akan lelaki tidaklah seperti kerinduan seorang laki-laki kepada perempuan – sebagaimana sudah diketahui -, karenanya Allah SWT. pun menjadikan lelaki merindukannya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

”Tidaklah ada fitnah yang aku tinggalkan sesudahku yang lebih berbahaya dari pada perempuan bagi lelaki” (HSR. Bukhari dan Muslim)

"Adapun perempuan, mereka pun dijadikan oleh Allah SWT. merindukan aneka perhiasan dari jenis-jenis pakaian bagus dan permata melebihi kerinduan lelaki akan hal itu."



3. Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: 

“Sesungguhnya Allah SWT. menyebutkan istri untuk suami karena suamilah yang mencari mereka dan merekalah yang menginginkan perempuan sehingga disebutkanlah istri-istri untuk lelaki di surga dan tidak menyebut sebaliknya. Dan ini bukanlah berarti bahwa perempuan di surga tidak akan mempunyai suami. Akan tetapi mereka kelak akan mempunyai suami dari jenis manusia juga” 

(Al-Majmu’ Ats Tsamin (1/175)

Keadaan-keadaan/Kondisi Perempuan di Dunia

1. Mereka meninggal sebelum sempat menikah atau mereka meninggal setelah diceraikan suaminya dan belum sempat menikah dengan yang lain. Maka Allah akan menikahkan mereka di surga dengan seorang lelaki dari penduduk dunia, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

”Di surga tidak ada orang yang membujang (tidak mempunyai pasangan).” (HSR. Muslim)
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: “Apabila seseorang belum menikah, yakni seorang perempuan di dunia ini maka sesungguhnya Allah SWT. akan menikahkannya dengan siapa yang ia tertarik dengannya di surga.”
 


2. Mereka sudah menikah akan tetapi suaminya tidak bersamanya di surga – semoga Allah melindungi kita dari hal ini.

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:


 ”Seorang perempuan apabila termasuk ahli surga, sedang suaminya tidak termasuk ahli surga, maka sesungguhnya bila ia masuk surga, maka di sana ada lelaki ahli surga yang akan memperisterikannya.“ maksudnya akan menikah dengan salah seorang dari mereka.

3. Perempuan yang meninggal setelah sempat menikah, maka saat di surga ia untuk suaminya yang dahulu.

4. Perempuan yang suaminya meninggal kemudian ia tetap tidak menikah setelah kematian suaminya hingga ia pun meninggal, maka dia tetap menjadi isterinya di surga.

5. Perempuan yang suaminya meninggal dan kemudian menikah dengan yang lainnya, maka dia untuk suami yang paling terakhir walaupun sempat menikah berkali-kali, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

“Perempuan itu adalah untuk suami terakhirnya.” (HSR. Abu ‘Ali Al-Haraani Al-Qusyairi, Abu Syaikh dan Al-Baghawy) 



Dan berdasarkan perkataan Hudzaifah kepada isterinya:

 “Jika engkau tetap ingin menjadi isteriku di surga, maka janganlah menikah dengan siapa pun sepeninggalanku, sesungguhnya perempuan saat di surga adalah untuk suami terakhirnya di dunia. Karena itulah Allah SWT. pun mengharamkan isteri-isteri nabi untuk dinikahi oleh orang lain sepaninggalannya, karena mereka itu kelak akan tetap menjadi isteri-isterinya di surga.”

Perempuan Adalah Penduduk Terbanyak di Neraka atau di Surga?

Disebutkan dalam hadits shahih Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit jumlahnya dari golongan perempuan.” (HSR. Bukhari dan Muslim)

Dan bersama itu, tedapat pula hadits shahih yang lain, bahwa bagi setiap laki-laki dari ahli dunia akan mempunyai dua isteri (di surga), Rasulullah SAW bersabda:
 

“Dan setiap laki-laki dari mereka (ahli surga) mendapatkan dua orang istri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 


Pada masalah di atas, para ulama berbeda pendapat dalam menggabungkan hadits-hadits di atas, yaitu apakah perempuan merupakan kebanyakan penduduk surga atau penduduk neraka?

Berkata sebagian Ulama:

Bahwasanya perempuan adalah kebanyakan penduduk surga dan juga kebanyakan penduduk neraka, karena memang jumlah mereka banyak.

Berkata Al Qadhi ‘Iyadh:

”Perempuan adalah anak cucu Adam yang terbanyak.” (Tharh At Tatsriib (4/270))

Berkata sebahagian yang lain, bahwasanya semula perempuan adalah penduduk neraka terbanyak, namun kemudian mereka menjadi penduduk surga terbanyak, setelah – yang muslimatnya - keluar dari neraka.

Al Qurthuby berkata dalam penjelasannya pada hadits Nabi SAW. tentang para perempuan :

”Sesungguhnya aku melihat kalian sebagai penduduk neraka terbanyak.” (HSR. Bukhari dan Muslim) 

”Bahwasanya ini mungkin saat mereka menjadi penduduk neraka terbanyak. Akan tetapi setelah mereka selanjutnya keluar (dari neraka) karena syafa’at dan rahmat Allah SWT. sehingga tidak ada yang tersisa di neraka yang berkata “Laa Ilaha Illallahu”, maka perempuan pun kemudian menjadi yang terbanyak di surga.” (Haadii Al Arwah li Ibnil Qayyim (Hal. 144))


Kesimpulannya adalah hendaknya perempuan berusaha untuk tidak menjadi penduduk neraka.

Keadaan/Kondisi Perempuan di Surga:

1. Apabila perempuan masuk ke dalam surga, maka Allah SWT. akan mengembalikan usia mudanya dan kegadisannya, ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

”Sesungguhnya Surga tidaklah dimasuki oleh nenek tua, sesungguhnya Allah jika memasukkan mereka ke dalam surga mengembalikan mereka menjadi gadis-gadis.” (HHR. Abu Nu’aim) 

2. Disebutkan dalam beberapa atsar, bahwa

" perempuan dunia saat berada di surga akan jauh lebih cantik melebihi kecantikan bidadari-bidadari surga, ini karena kesungguhan mereka dalam beribadah kepada Allah SWT". (Tafsir Al-Qurthuby (16/154))

3. Ibnul Qayyim berkata:

 ”Sesungguhnya setiap orang dilarang untuk mendekati selain pasangannya saat berada di sana (surga).”

Demikianlah, saat ini surga tengah berhias untuk kalian, Wahai perempuan! Sebagaimana mereka juga tengah berhias untuk lelaki. Allah SWT. berfirman:

“Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.” (QS. Al Qamar : 55) 


“Maka berhati-hatilah kalian dari menyia-nyiakan kesempatan itu. Sesungguhnya umur ini terbatas dan pasti akan berakhir dan tidak ada setelah itu kecuali kekekalan. Maka jadikanlah kekekalan kalian di dalam surga - Insya Allah, Aamiin YRA.  Ketahuilah! Sesungguhnya maharnya surga adalah iman dan amal soleh, bukan angan-angan yang batil, yang tidak pernah terwujudkan. Rasulullah bersabda:

”Apabila seorang perempuan sholat lima waktu, puasa ramadhan, menjaga kesuciannya dan menaati suaminya, dikatakanlah kepadanya: masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang Anda inginkan”. (Shahihul Jaami’ lil Al baany (660))

Dan tinggalkanlah sejauh-jauhnya penyeru-penyeru fitnah dan penghinaan kaum perempuan, yang menginginkan kerusakan kalian, dan ingin menanggalkan rasa malu dari kalian, serta memalingkan kalian dari memperoleh kenikmatan surga.




Semoga Allah SWT. memberikan taufik-Nya kepada perempuan-perempuan kaum muslimin, agar mendapatkan kenikmatan surga, dan menjadikan mereka pemberi petunjuk yang senantiasa memperoleh hidayah, dan menjauhkan dari mereka syaithan-syaithan manusia dan penyeru-penyerunya yang menginginkan kerusakan mereka.

(W.I. diterjemahkan dan Diringkas dari kitab Ahwal An Nisaa’ fil Jannah, Sulaiman ibn Shaleh Al Khuraasy)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS