Menggebu-gebu Euy........

Diriwayatkan dari usamah bin zaid R.a yang berkata, rosulullah SAW telah mengutus kami dalam suatu pertempuran. Kami sampai di hirqah ( suatu tempat didaerah juhainah ) pada waktu pagi aku berjumpa dengan seorang lelaki, ia mengucapkan lailahaillallah, kemudian aku menikamnya .aku menceritakan peristiwa itu pada rosulullah. Rosulullah bertanya ,” mengapa kamu membunuhnya, padahal ia telah mengucapkan kalimat syahadat , lailahaillallah ? Aku menjawab ,” wahai rosulullah, sesungguhnya lelaki itu mengucapkan kalumat syahadat karena takut ayunan pedang ku, rosulullah bertanya lagi, sudah kau belah dadanya hingga kamu tahu ia benar-benar mengucapkan kalimat syahadat atau tidak ? rosulullah terus menerus mengulangi perkataannya itu kepadaku sampai kepadaku sampai-sampai aku berharap alangkah baiknya juka saat itu aku belum masuk islam “ ( HR.Al-Bukhari dan Muslim )
Yang mendorong usamah melakukan perbuatan itu adalah keberanian dan semangat yang menyala-nyala dalam dadanya, dia tidak mau percaya begitu saja pada kalimat syahadat yang diucapkan seseorang. Apalagi dalam situasi perang. Kemungkinan berpura-pura sangat besar. Namun dia lupa bahwa yang tahu isi hati seseorang hanyalah Allah SWT.
Allah berfirman dalam (surat Al-Imran : 29 )yang berbunyi :
“ Jika kamu menyembunyikan apa yang ada didalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui .Allah mengetahui apa-apa yang ada dilangit dan apa-apa yang ada dibumi. Dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sekulerisasi Pendidikan

Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia jika kita telusuri lebih jauh, memang sungguh sangat mengenaskan, kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa Barat terhadap Bumi Nusantara ini ( selanjutnya di sebut dengan Indonesia ) tak mengenal batas dan rasa belas kasihan. Kekayaan alam yang dimiliki bangsa ini menjadi daya tarik bagi Negara Negara Barat, khususnya Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda, kedatangan mereka tidak hanya untuk mengeksploitasi kekayaan alam bangsa ini, mereka juga ingin melakukan transformasi “Missi dan Zending “ yang kita kenal dengan istilah God, Gold, Gospel.

Kedatangan Belanda ke Indonesia dengan Missinya telah memporak – porandakan peradaban bangsa Indonesia dari bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan umumnya sudah beragama Islam, semua system social pun mengalami perubahan yang cukup signifikan, khususnya system ekonomi yang mengarah kepada kapitalisme, jika boleh meng – claim bahwa inilah cikal – bakal system ekonomi kapitalisme atau sekarang Neo liberalism masuk ke Indonesia, sehingga budaya gotong royong bangsa ini semakin terkikis yang terjadi adalah sikap individualistic.

Kolonialisasi telah menghancurkan tatanan peradaban bangsa ini, salah satu elan vital yang di hancurkan adalah Pendidikan, karena pendidikan merupakan medium yang paling efektif untuk melakukan transformasi ide karena pendidikan tidak bisa dilepaskan dari politik dan ideologi akan tetapi yang menjadi masalah adalah Belanda memanfaatkan medium pendidikan untuk melakukan hegemoni kekuasaan, dalam prakteknya akses pendidikan hanya diperuntukkan kepada keturunan Belanda sendiri atau pribumi yang memiliki darah atau garis keturunan bangsawan, inilah awal dari komersialisasi pendidikan di Indonesia.

Jika kita melihat dari isi pendidikan yang di terapkan oleh Belanda adalah menanamkan Nilai – nilai sekularisme dalam satu sisi dalam pendidikan di Indonesia, yang ingin memisahkan agama dan dunia, juga pendidikan di jadikan sebagai alat untuk menyebarkan agama kristiani. Dalam kesempatan ini, yang lebih menarik untuk di bahas adalah masuknya nilai – nilai sekularisme dalam pendidikan di Indonesia, yang mana tentunya memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap model dan corak pendidikan di Indonesia.

“ Sekolah “ merupakan model pendidikan yang diterapkan oleh Belanda, padahal di Indonesia telah ada model pendidikan, seperti surau, langgar, padepokan, dan sampai kepada Pesantren, kehadiran model pendidikan Sekolah secara tidak langsung telah menjadi anti tesa dari model pendidikan di Indonesia, sehingga kesan yang muncul adalah pendidikan seperti pesantren dianggap pendidikan Tradisional sedangkan sekolah dianggap modern.

Kehadiran model pendidikan Sekolah juga menimbulkan kesenjangan social, karena seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pendidikan yang diterapkan oleh belanda hanya di akses oleh kalangan tertentu saja, seperti keturunan Belanda dan anak dari bangsawan, sedangkan masyarakat kecil tidak dapat mengakses pendidikan, hal ini jika kita telusuri lebih jauh, merupakan sebuah rekayasa social yang bertujuan untuk mempertahankan status quo, karena dengan memberikan kesempatan pendidikan kepada anak bangsa ini, maka akan lahir pemberontak – pemberontak yang akan menganggu stabilitas Belanda dalam penjajahan.

Meski penjajah Belanda menuai sukses besar dalam menghapus syariah Islam di bumi Nusantara, umat Islam di negeri ini tidak pernah diam. Perjuangan untuk menegakkan kembali syariah Islam terus dilakukan. Pada tanggal 16 Oktober 1905 berdirilah Sarekat Islam, yang sebelumnya adalah Sarekat Dagang Islam. Inilah mestinya tonggak kebangkitan Indonesia, bukan Budi Utomo yang berdiri 1908 dengan digerakkan oleh para didikan Belanda. KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah tahun 1912 dengan melakukan gerakan sosial dan pendidikan. Adapun Taman Siswa, baru didirikan Ki Hajar Dewantara pada 1922. Sejatinya, KH Ahmad Dahlanlah sebagai bapak pendidikan ( H. Endang Saefuddin Anshari, 1983 )

SEKULARISASI PENDIDIKAN
Dalam diskursus sosiologi, terdapat adagium terkenal yang menyatakan, bahwa makin maju (baca: modern)suatu masyarakat atau komunal, maka komitmen mereka kepada agama akan semakin menurun. Oleh karena itu dipercaya bahwa modernisasi bakal menghalau agama dari ruang dan institusi publik, menurunkan arti dan vitalitasnya bagi kehidupan masyarakat, serta menggantinya dengan “tuhan-tuhan” baru. Sehingga dalam proses menuju kemodernan atau modernisasi tersebut, sekularisasi konon menjadi sebuah keniscayaan.

APAKAH SEKULERISME ITU?
Sekulerisme tiada lain adalah sebuah gerakan yang mempropagandakan tentang tidak adanya campur tangan dan keterkaitan hubungan antara kehidupan duniawi dengan agama.
Sekulerisme juga merupakan gerakan sosial yang bertujuan mengalihkan se-penuhnya perhatian manusia dari hal-hal yang bersifat ukhrawi kepada hal-hal yang bersifat duniawi.

Ini berarti bahwa dalam aspek politik, pemerintahan dan kehidupan bernegara, semuanya harus dijauhkan dan dipisahkan dari agama, alias harus dilakukan sekularisasi kehidupan.

Atau dengan ungkapan lain, dalam sekularisme agama harus dijauhkan dari kesadaran sosial, adat astiadat, tradisi, etika, sastra, aliran pemikiran dan undang-undang. Kecuali jika unsur-unsur agama tersebut masuk karena pengaruh sejarah atau tradisi. Atau hanya menjadi unsur-unsur sekundera, seperti hanya menjadi faktor kejiwaan atau institusi yang tidak berpengaruh dalam beberapa persoalan duniawi tertentu.

SEKULARISASI DI INDONESIA
Adapun di Indonesia, sekularisasi sebenarnya telah berjalan sejak zaman Belanda. Pemerintah kolonial melarang keras ekspresi keagamaan, khususnya Islam, yang bagi banyak rakyat nusantara bukan semata-mata agama, melainkan ideologi gerakan, bahkan napas kehidupan.

Sesuai petunjuk Snouck Hurgronje, Belanda mendukung pengembangan Islam di bidang ritual keagamaan, tetapi mencegahnya untuk berperan dalam bidang politik. Inilah yang dinamakan “politik Islam masjid”. Selain itu, untuk mengimbangi peran pesantren dan melanggengkan kekuasan kolonial, dibuatlah sekolah-sekolah sekuler untuk pribumi dengan tujuan mencetak warga yang bukan hanya siap mengisi birokrasi, tapi juga kooperatif dan loyal. Hasil sekularisasi ini tercermin cukup jelas dalam perdebatan menjelang kemerdekaan seputar dasar falsafah negara yang akan dibentuk.
Dari pandangan Snouck Hurgronje penjajah Belanda kemudian berupaya melemahkan dan menghancurkan Islam dengan 3 cara.

1. Memberangus politik dan institusi politik/pemerintahan Islam. Dihapuslah kesultanan Islam. Contohnya adalah Banten Sejak Belanda menguasai Batavia, Kesultanan Islam Banten langsung diserang dan dihancurkan. Seluruh penerapan Islam dicabut, lalu diganti dengan peraturan kolonial.

2. Melalui kerjasama raja/sultan dengan penjajah Belanda. Hal ini tampak di Kerajaan Islam Demak. Pelaksanaan syariah Islam bergantung pada sikap sultannya. Di Kerajaan Mataram, misalnya, penerapan Islam mulai menurun sejak Kerajaan Mataram dipimpin Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda.

3. Dengan menyebar para orientalis yang dipelihara oleh pemerintah penjajah. Pemerintah Belanda membuat Kantor voor Inlandsche zaken yang lebih terkenal dengan kantor agama (penasihat pemerintah dalam masalah pribumi). Kantor ini bertugas membuat ordonansi (UU) yang mengebiri dan menghancurkan Islam. Salah satu pimpinannya adalah Snouck Hurgronye. Dikeluarkanlah: Ordonansi Peradilan Agama tahun 1882, yang dimaksudkan agar politik tidak mencampuri urusan agama (sekularisasi); Ordonansi Pendidikan, yang menempatkan Islam sebagai saingan yang harus dihadapi; Ordonansi Guru tahun 1905 yang mewajibkan setiap guru agama Islam memiliki izin; Ordonansi Sekolah Liar tahun 1880 dan 1923, yang merupakan percobaan untuk membunuh sekolah-sekolah Islam. Sekolah Islam didudukkan sebagai sekolah liar (H. Aqib Suminto, 1986).

SEKULARISASI PENDIDIKAN
Sekularisasi pun pada akhirnya menjangkau dan memasuki ranah pendidikan. Sekularisasi pendididikan bertujuan untuk menjadikan pendidikan dan pengajaran sebagai sarana menyebarkan pemikiran sekuler, dengan cara-cara antara lain:

1. Menghembus-hembuskan pemikiran sekuler dalam mata pelajaran yang diberikan kepada anak-anak didik dalam berbagai tingkatannya.

2. Berusaha keras mengulur-ulur mata pelajaran agama pada saat-saat yang tidak menguntungkan bagi anak-anak didik.

3. Tabu mengajarkan beberapa nash atau dalil tertentu, karena dipandang meng-ungkapkan kebatilan mereka secara nyata.

4. Merubah nash-nash syar’i melalui komentar dan penafsiran yang dimanipulasi dan dikebiri sehingga nampak seakan-akan mendukung pikiran sekuler atau setidak-setidaknya tidak bertentangan.

5. Mencegah pengaruh para guru yang konsisten dan taat pada ajaran agama agar tidak menjadi anutan para siswa, dengan cara mempercepat proses pensiun sang guru atau menggesernya ke bagian administrasi dan ketatausahaan.

6. Menjadikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran penunjang saja yang senantiasa ditempatkan pada bagian akhir waktu di saat para siswa sudah letih jasmani dan rohaninya serta sudah diliputi perasaan ingin cepat pulang.

Asal muasal Sekulerisasi pendidikan di Indonesia adalah dimulai pada zaman kerajaan mataram yang dipimpin oleh Mas Rangsang, yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Di bawah pemerintahannya (tahun 1613-1645) Mataram mengalami masa kejayaan. Ibukota kerajaan Kotagede dipindahkan ke Kraton Plered. Sultan Agung merupakan raja yang menyadari pentingnya kesatuan di seluruh tanah Jawa. Daerah pesisir seperti Surabaya dan Madura ditaklukkan supaya kelak tidak membahayakan kedudukan Mataram. Ia pun merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran dan teratur mengadakan peperangan dengan Belanda yang hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Kekuasaan Mataram pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa, dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti di Batavia dan di Indonesia Bagian Timur.

Di samping dalam bidang politik dan militer, Sultan Agung juga mencurahkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upayanya antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Kerawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas serta subur. Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan Hindu dan Islam. Misalnya Garebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sejak itu dikenal Garebeg Puasa dan Garebeg Mulud. Pembuatan tahun Saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing merupakan karya Sultan Agung yang lainnya.

Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 dengan meninggalkan Mataram dalam keadaan yang kokoh, aman, dan makmur. Ia diganti oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Amangkurat I tidak mewarisi sifat-sifat ayahnya. Pemerintahannya yang berlangsung tahun 1645-1676 diwarnai dengan banyak pembunuhan/kekejaman. Pada masa pemerintahannya ibukota kerajaan Mataram dipindahkan ke Kerta.

Pada tahun 1674 pecahlah Perang Trunajaya yang didukung para ulama
Dan bangsawan, bahkan termasuk putra mahkota sendiri. Ibukota Kerta jatuh dan Amangkurat I (bersama putra mahkota yang akhirnya berbalik memihak ayahnya) melarikan diri untuk mencari bantuan VOC. Akan tetapi sampai di Tegalarum, (dekat Tegal, Jawa Tengah) Amangkurat I jatuh sakit dan akhirnya wafat.

Ia digantikan oleh putra mahkota yang bergelar Amangkurat II atau dikenal juga dengan sebutan Sunan Amral. Sunan Amangkurat II bertahta pada tahun 1677- 1703. Ia sangat tunduk kepada VOC demi mempertahankan tahtanya. Pada akhirnya Trunajaya berhasil dibunuh oleh Amangkurat II dengan bantuan VOC, dan sebagai konpensasinya VOC menghendaki perjanjian yang berisi: Mataram harus menggadaikan pelabuhan Semarang dan Mataram harus mengganti kerugian akibat perang.

Oleh karena Kraton Kerta telah rusak, ia memindahkan kratonnya ke Kartasura (1681). Kraton dilindungi oleh benteng tentara VOC. Dalam masa ini Amangkurat II berhasil menyelesaikan persoalan Pangeran Puger (adik Amangkurat II yang kelak dinobatkan menjadi Paku Buwana I oleh para pengikutnya). Namun karena tuntutan VOC kepadanya untuk membayar ganti rugi biaya dalam perang Trunajaya, Mataram lantas mengalami kesulitan keuangan. Dalam kesulitan itu ia berusaha ingkar kepada VOC dengan cara mendukung Surapati yang menjadi musuh dan buron VOC.

3.Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan
Kedatangan bangsa barat memang telah membawa kemajuan teknologi. Tetapi tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil penjajahannya, bukan untuk kemakmuran bangsa yang dijajah. Begitu pula dibidang pendidikan, mereka memperkenalkan system dan metode baru tetapi sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari barat. Apa yang mereka sebut pembaruan pendidikan itu adalah Westernisasi dan Kristenisasi yakni untuk kepentingan Barat dan Nasrani, dua motif inilah yang mewarnai kebijaksanaan penjajah Barat di Indonesia selama ± 3,5 abad.

Pada tahun 1882 M pemerintah Belanda membentuk suatu Badan Khusus yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan Pendidikan Islam yang disebut Pries Terraden. Atas nasihat dari Badan inilah maka pada tahun 1905 pemerintah mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran (pengajian) harus minta izin terlebih dahulu. Pada tahun-tahun itu memang sudah terasa adanya ketakutan dari pemerintah Belanda terhadap kemungkinan kebangkitan pribumi.

Pada tahun 1925 pemerintah mengeluarkan peraturan yang lebih ketat lagi terhadap pendidikan agama Islam yaitu bahwa tidak semua orang (Kyai) boleh memberikan pelajaran mengaji. Peraturan itu mungkin disebabkan oleh adanya gerakan organisasi pendidikan Islam yang sudah tampak tumbuh.

Jika kita melihat peraturan-peraturan pemerintah Belanda yang demikian ketat mengenai pengawasan, tekanan dan pemberantasan aktivitas Madrasah dan pondok pesantren di Indonesia, maka seolah-olah dalam tempo yang tidak lama, pendidikan Islam akan menjadi lumpuh. Akan tetapi yang dapat disaksikan dalam sejarah adalah keadaan yang sebaliknya. Masyarakat Islam di Indonesia pada zaman itu laksana air hujan atau air bah yang sulit dibendung.

Jiwa Islam tetap terpelihara dengan baik. Para ulama bersikap non cooperative dengan Belanda. Mereka menyingkir dari tempat yang dekat dengan Belanda. Mereka mengharamkan kebudayaan yang dibawa oleh Belanda dengan berpegang kepada hadits Nabi Muhammad SAW, yang artinya “Barangsiapa yang menyerupai suatu golongan maka ia termasuk golongan tersebut.” (Riwayat Abu Dawud dan Imam Hiban). Mereka tetap berpegang pada ayat Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah orang Yahudi dan Nasrani engkau angkat sebagai pemimpinmu.”

4. Pendidikan dimasa Pemerintahan kolonial Belanda
Adapun pendidikan yang dibuat oleh colonial pemerintah belanda adalah sebagai berikut :

ELS


ELS (singkatan dari bahasa Belanda: Europeesche Lagere School) adalah Sekolah Dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Awalnya hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia Belanda, sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa. Setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah HIS dan HIS kembali dikhususkan bagi warga Belanda saja.

Sekolah khusus bagi warga pribumi kemudian dibuka pada tahun 1907 (yang pada tahun 1914 berganti nama menjadi (Hollandsch-Inlandsche School (HIS)), sementara sekolah bagi warga Tionghoa, Hollandsch-Chineesche School (HCS) dibuka pada tahun 1908..


Hogere Burger School


Hogere Burger School (HBS) adalah sekolah lanjutan tingkat menengah pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa atau elite pribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.HBS setara dengan MULO + AMS atau SMP + SMA, namun hanya 5 tahun.

Peraturan Pendidikan 1848, 1892, dan Politik Etis 1901

Peraturan pendidikan dasar untuk masyarakat pada waktu Hindia Belanda pertama kali dikeluarkan pada tahun 1848, dan disempurnakan pada tahun 1892 di mana pendidikan dasar harus ada pada setiap Karesidenan, Kabupaten, Kawedanaan, atau pusat-pusat kerajinan, perdagangan, atau tempat yang dianggap perlu . Peraturan yang terakhir (1898) diterapkan pada tahun 1901 setelah adanya Politik Etis atau Politik Balas Budi dari Kerajaian Belanda, yang diucapkan pada pidato penobatan Ratu Belanda Wilhelmina pada 17 September 1901, yang intinya ada 3 hal penting: irigrasi, transmigrasi, pendidikan.

Pada zaman Hindia Belanda anak masuk HIS pada usia 6 th dan tidak ada Kelompok Bermain (Speel Groep) atau Taman Kanak-Kanak (Voorbels), sehingga langsung masuk dan selama 7 tahun belajar. Setelah itu dapat melanjutkan ke MULO, HBS, atau Kweekschool.

Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya memilih jalur HCS (Hollands Chinesche School) karena selain bahasa pengantar Belanda, juga diberikan bahasa Tionghoa.

Di luar jalur resmi Pemerintah Hindia Belanda, maka masih ada pihak swasta seperti Taman Siswa, Perguruan Rakyat, Kristen dan Katholik. Pada jalur pendidikan Islam ada pendidikan yang diselenggrakan oleh Muhamadiyah, Pondok Pesantren, dlsb.

Jalur Pendidikan HBS

Pendidikan HBS selama 5 tahun setelah HIS atau ELS adalah lebih pendek dari pada melalui jalur MULO (3 tahun) + AMS (3 tahun). Di sini dibutuhkan murid yang pandai, terutama bahasa Belanda. Sukarno merupakan salah satu murid HBS di Surabaya sebelum beliau masuk THS di Bandung. Pada waktu itu HBS hanya ada di kota Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, dan Medan, sedangkan AMS ada di kota Jakarta, Bandung, Medan, Yogyakarta, dan Surabaya...


AMS

AMS adalah singkatan dari bahasa Belanda Algeme(e)ne Middelbare School yang merupakan bagian dari sistem pendidikan zaman kolonial Belanda di Indonesia. AMS setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) pada saat ini yakni pada jenjang sekolah lanjutan tingkat atas. AMS menggunakan pengantar bahasa Belanda dan pada tahun 1930-an, sekolah-sekolah AMS sudah ada hampir di setiap kota provinsi Hindia Belanda.

Jalur Pendidikan AMS

Banyak orang tua murid menyekolahkan anaknya ke AMS, karena dengan harapan dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu misalnya ke THS di Bandung (Technische Hooge School - didirikan tahun 1920 - sekarang - Institut Teknologi Bandung - ITB), RHS di Jakarta (Rechts Hooge School - didirikan tahun 1924 - sekarang Fakultas Hukum UI Jakarta), atau GHS di Jakarta (Geneeskudige Hooge School - didirikan tahun 1924 - sekarang Fakultas Kedokteran UI Jakarta), ke Bogor di Landbouw Hooge School - didirikan tahun 1940 - sekarang Institut Pertanian Bogor - IPB. Melalui AMS berarti harus menyelesaikan MULO lebih dahulu yang tersebar di semua kabupaten, sedangkan kalau melalui HBS hanya ada di Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, atau Medan.

Jalur A afdeling atau SMA Bagian-A pada tahun 1951 atau sekarang Sasatra-Budaya, di mana akan ditekankan pada ilmu sastra dan budaya, tentu saja jalur ini hanya untuk meneruskan ke RHS saja.

Jalur B afdeling atau SMA Bagian-B pada tahun 1951 atau sekarang Paspal, di mana akan ditekankan pada ilmu alam dan ilmu pasti, jalur ini dapat ke semua jurusan RHS, THS, GHS, ataupun LHS.

Guru AMS

Pada waktu itu, para guru AMS berpendidikan tinggi dari RHS, THS, GHS, ataupun LHS. Sehingga misalnya guru aljabar pada umumnya menyandang gelar Ir., guru sejarah menyandang gelar Mr., atau guru botani menyandang gelar dokter (Arts)., dlsb..


Hollandsch-Inlandsche School

Hollandsch-Inlandsche School (HIS) adalah sekolah pada jaman penjajahan Belanda. Pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis. Sekolah ini ada pada jenjang Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau setingkat dengan pendidikan dasar sekarang. HIS termasuk Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs), dibedakan dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa daerah.

Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli, sehingga disebut juga Sekolah Bumiputera Belanda. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka, atau pegawai negeri. Lama sekolahnya adalah tujuh tahun.


Meer Uitgebreid Lager Onderwijs


MULO (singkatan dari bahasa Belanda Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah bagian dari sistem pendidikan zaman kolonial Belanda di Indonesia. Pada masa sekarang ini, MULO setara dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Meer Uitgebreid Lager Onderwijs berarti "Pendidikan Dasar Lebih Luas". MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pada akhir tahun 30-an, sekolah-sekolah MULO sudah ada hampir di setiap kota kawedanaan (kota kabupaten)..


HIK

Pada tahun 1848 dikeluarkan peraturan pendidikan dasar untuk Bumiputra, di mana akan didirikan Sekolah Dasar di seluruh pelosok Hindia Belanda. Untuk memenuhi keperluan guru, maka didirikan Hallandse Ilandsche Kweekschool atau Sekolah Guru Bantu (SGB).

Jenis jenjang pendidikan guru


Kweekschool adalah salah satu sistem pendidikan di zaman Hindia Belanda, terdiri atas HIK (Holandse Indische Kweekschool, atau sekolah guru bantu yang ada di semua Kabupaten) dan HKS (Hoogere Kweek School, atau sekolah guru atas yang ada di Jakarta, Medan, Bandung, dan Semarang, salah satu lulusan HKS Bandung adalah Ibu Sud. Europese Kweek School (EKS) yang hanya diperuntukan bagi orang Belanda atau pribumi ataupun orang Arab/Tionghoa yang mahir sekali berbahasa Belanda, dan hanya ada di Surabaya. Pada waktu itu misalnya satu kelas ada 28 orang, maka terdiri 20 orang Belanda, 6 orang Arab/Tionghoa, dan 2 orang pribumi. Selain itu juga dikenal HCK atau Hollandsche Chineesche Kweekschool khusus untuk yang keturunan Tionghoa, salah satu lulusan HCK adalah P.K. Oyong. Di Muntilan ada Katholieke Kweek School atau sebangsa semenari khusus untuk guru beragama Katholiek, lulusannya antara lain Cornel Simanjuntak, R.A.J. Sudjasmin, yang ini pandai bermain musik. Setelah K.H.A. Dahlan mengujungi Muntilan, maka beliau juga terinspirasi mendirikan bagi orang Islam, yaitu Muallimin di Yogyakarta..


Tweede Inlandsche School


Tweede Inlandsche School atau Sekolah Kelas Dua atau Sekolah Ongko Loro merupakan Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar dengan masa pendidikan selama Tiga Tahun dan tersebar di seluruh pelosok desa. Maksud dari pendidikan ini adalah dalam rangka sekedar memberantas buta huruf dan mampu berhitung. Bahasa pengantar adalah bahasa daerah dengan guru tamatan dari HIK. Bahasa Belanda merupakan mata pelajaran pengetahuan dan bukan sebagai mata pelajaran pokok sebagai bahasa pengantar. Namun setelah tamat sekolah ini murid masih dapat meneruskan pada Schakel School selama 5 tahun yang tamatannya nantinya akan sederajat dengan Hollandse Indische School.

Banyak pemimpin Indonesia dimulai dengan pendidikan ini, misalnya Adam Malik, HAMKA, Suharto, dan lainnya..


Schakel School

Schakel School adalah Sekolah Rakyat untuk persamaan dengan murid yang berasal dari Tweede Inlandsche School dan masa pendidikan adalah selama 5 tahun, sehingga lulusannya dipersamakam dengan lulusan HIS. Selain itu juga ada yang dinamakan Vervolg School atau Sekolah Sambungan terutama untuk melanjutkan dari Volk School atau Sekolah Rakyat..


HCS

HCS atau Hollandsch-Chineesche School adalah sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia khususnya untuk anak-anak keturunan Tionghoa di Hindia Belanda saat itu. Sekolah-sekolah ini pertama kali didirikan di Jakarta pada 1908, terutama untuk menandingi sekolah-sekolah berbahasa Mandarin yang didirikan oleh Tiong Hoa Hwee Koan sejak 1901 dan yang menarik banyak peminat.

Sebagai perbandingan, pada tahun 1915, sekolah-sekolah berbahasa Mandarin mempunyai 16.499 siswa, sementara sekolah-sekolah berbahasa Belanda hanya mempunyai 8.060 orang siswa.

HCS menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya..


Hollandsch Javaansche School

Hollandsche Javansche School atau Sekolah Jawa sebangsa dengan Tweede Inlandsche School yang ada di Pulau Jawa dan dengan pengantar Bahasa Jawa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ibu sekuat seribu laki-laki

Dsbuah mesjid trdengar seorg guru sdng mngaji mngajarkn anak muridnya,suatu ktk dtnglh seorg anak,kr2 brumur 9 thn,n lantas ia pun lngsng nimrung dlm pngajian ini,lantas sblm sang guru mnempatknnya dsuatu klompk,sang guru ingin mngetahui kmampuannya,dengan snyumannya yg lembut ia pun brtanya pd sang anak " adkh srt yg km hafal dlm Al-Qur'an ?" "ya"jwb anak itu singkat,"kalau bgt,cb bacakn slh 1 srt yg ad di juz-ama,lalu sianak pun mmbacanya dngn baik,mlihat kmampuan sianak,si guru pun brtanya lg apa km hafal srt Al-Mulk,si anak pun mnjawab,"ya,Alhamdulillah saya sdh hapal " ,lantas sianak pun mmbaca srt Al-Mulk dngn lancar ,mlihat kmampuan sianak si guru pun smakin pnasaran,lantas si guru pun mngakhiri prtanyaannya dngn 1 klmt apkh km hafal Al-Qur'an,si anak pun mnjwb,"ya,Alhamdulillah saya sdh hapal Al-Qur'an ",mndengar jwbn sianak,siguru pun trcengang

Akhirnya stelah plng ngaji si guru pun brkata pd sang anak,"nak nanti bsk tlng panggil ortumu ksini yah,bpk ingin brtemu dngn ortumu"

keesokn hr,si anak ini pun mmbawa ayahnya,tp siguru tmbh trcengang mlihat ayah si anak ,krn tdk mmberi ksn alim ,trhormat n pandai.

Blm sempat ia brtanya,ayah sianak sdh mnyapa kheranannya trlbh dahulu,"Aku tau,mungkin anda tdk prcaya bhw aku adlh ayah dr si anak ini,tp rasa heran anda akn saya jwb,bhw dbelkng anak ini ada seorg ibu yg kkuatannya sm dngn 1000 laki2,saya ktkn pd anda,aku msh punya 3 anak lg yg smuanya hafal Al-Qur'an,n anak yg plng kcl saya brumur 4 thn sdh hafal juz-ama"

"Bgaimn ibunya bs mlakukn itu ? "tanya si guru tanpa bs mnyembunyikn kkagumnnya.

ibu mrk,ktk mrk sdh mulai bs bicara,ia mulai mmbimbingnya mnghafal Al-Qur'an n selalu mmotivasi mrk mlakukn itu,tdk prnh lelah n bosan ia katakn kpd mrk,"siapa yg hafal lbh dahulu,dia yg mnentukn kmn kami akn brlibur mingu dpn n sterusnya,mk trciptalh rasa brsaing diantara mrk,shingga mrk smangat dlm mnghafal Al-Qur'an,itu mknya mngapa saya mngatakn bhw ibu anak ini adlh ibu yg kkuatnnya sama sprt 1000 laki2 ( Copyryte By Majalah Tarbawi )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS